Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan sebagai petunjuk hidup, cahaya bagi hati yang gelap, dan rahmat bagi siapa pun yang mendekat kepadanya. Di dalamnya terdapat jawaban atas segala kegelisahan, penawar bagi luka batin, dan pelita yang menuntun langkah dalam dunia yang penuh ujian. Setiap hurufnya adalah pahala, setiap ayatnya adalah pelajaran, dan setiap surahnya adalah benteng yang menguatkan iman.
Namun, dalam kesibukan dunia yang tak kunjung reda, tak sedikit dari kita yang kehilangan waktu untuk berinteraksi dengan Al-Qur’an. Padahal, mendekatkan diri kepada Kitabullah bukanlah sesuatu yang hanya diperuntukkan bagi para ulama atau penuntut ilmu, melainkan bagi setiap Muslim yang ingin hidupnya penuh makna dan keberkahan.
Salah satu cara untuk kembali menghidupkan tilawah dalam keseharian adalah dengan mengenal dan memanfaatkan waktu-waktu terbaik yang dianjurkan dalam syariat dan ditekankan oleh para ulama. Memilih waktu yang tepat untuk membaca Al-Qur’an bukan hanya soal teknis, tetapi juga soal menghadirkan hati, menjernihkan pikiran, dan menumbuhkan kelezatan ruhani saat berinteraksi dengan firman Allah.
Artikel ini akan mengulas lima waktu utama yang disebut oleh para salaf dan didukung oleh ayat-ayat serta hadits-hadits shahih—waktu-waktu yang bila dimanfaatkan dengan baik, akan membuka pintu keberkahan dalam hidup, dan menguatkan hubungan kita dengan Al-Qur’an, satu-satunya pedoman yang tak pernah usang oleh zaman.
1. Waktu Sepertiga Malam Terakhir (Qiyamul Lail)
“Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.” (QS. Al-Muzzammil: 6)
Waktu sepertiga malam terakhir, yaitu antara pukul 2–4 pagi sebelum Subuh, adalah waktu yang paling utama untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dalam keheningan malam, dunia masih tertidur, dan langit terbuka bagi doa-doa yang tulus. Membaca Al-Qur’an pada waktu ini membuat hati lebih tenang, bacaan lebih menyentuh, dan makna ayat lebih terasa mendalam.
Rasulullah ﷺ sangat mencintai tilawah di malam hari. Dalam hadits disebutkan bahwa beliau membaca Al-Qur’an dalam shalat malamnya dengan tartil, merenungi setiap ayat, bahkan menangis ketika membaca ayat-ayat tentang azab atau rahmat Allah.
2. Setelah Shalat Subuh
Waktu pagi adalah waktu yang diberkahi. Udara masih segar, hati masih bening, dan tubuh belum disibukkan dengan urusan dunia. Allah ﷻ berfirman:
“Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” (QS. Al-Ahzab: 42)
Membaca Al-Qur’an setelah Subuh merupakan amalan yang sangat dianjurkan oleh para salaf. Imam Nawawi berkata bahwa waktu paling utama untuk menghafal dan merenungi Al-Qur’an adalah pagi hari, sebab hati lebih mudah fokus dan pikiran lebih jernih.
Tak heran, banyak ulama dan penghafal Qur’an menjadikan waktu pagi sebagai momen terbaik untuk memperdalam hafalan dan memahami isi kandungannya.
3. Antara Maghrib dan Isya
Waktu antara Maghrib dan Isya sering kali terlewat begitu saja, padahal inilah saat-saat hening menjelang malam yang sangat tepat untuk tilawah. Rasulullah ﷺ menyebutkan bahwa malam dimulai sejak matahari terbenam, dan amal kebaikan di waktu malam memiliki keutamaan khusus.
Membaca Al-Qur’an di waktu ini membantu menenangkan pikiran setelah seharian beraktivitas. Ia menjadi jembatan menuju malam yang penuh keberkahan. Banyak orang shalih memanfaatkan waktu ini untuk mengkhatamkan satu juz, mengulang hafalan, atau sekadar merenungkan beberapa ayat yang menyentuh kalbu.
4. Setelah Shalat Fardhu
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barangsiapa membaca satu huruf dari Kitab Allah, maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh.” (HR. Tirmidzi)
Setelah menyelesaikan shalat fardhu, terutama jika kita belum terburu-buru bangkit dari tempat duduk, itu adalah waktu yang sangat baik untuk membaca beberapa ayat Al-Qur’an. Hati masih dalam keadaan khusyuk, dan jiwa masih dalam nuansa ibadah.
Meskipun hanya beberapa ayat, tilawah setelah shalat membantu menjaga konsistensi dan keberkahan harian. Bagi yang sibuk, membaca Al-Qur’an seusai shalat bisa menjadi cara praktis untuk menjaga rutinitas tilawah setiap hari.
5. Saat Hati Sedang Tenang dan Khusyuk
Selain waktu-waktu harian yang telah disebutkan, waktu terbaik membaca Al-Qur’an juga sangat bergantung pada kondisi hati. Imam Ibnul Qayyim berkata:
“Yang paling utama bukan hanya kapan kamu membaca Al-Qur’an, tapi bagaimana keadaan hatimu saat membacanya.”
Maka saat hati sedang tenang, pikiran tidak terganggu, dan suasana sekitar mendukung, itulah waktu terbaik untuk membaca Al-Qur’an—walau mungkin bukan waktu-waktu yang disebutkan secara khusus dalam sunnah.
Membaca dengan hati yang hadir, memahami setiap lafadz, dan meresapi pesan Ilahi jauh lebih bernilai daripada sekadar membaca di waktu utama tetapi dengan pikiran yang kosong.
Menjadikan Tilawah Sebagai Bagian dari Hidup
Membaca Al-Qur’an bukan sekadar rutinitas, tetapi kebutuhan jiwa. Dalam hari-hari yang melelahkan, tilawah menjadi penyegar. Dalam waktu-waktu yang sempit, ia menjadi penerang. Dan dalam waktu-waktu terbaik yang Allah berkahi, tilawah menjadi jalan untuk mendekat, menangis, dan berserah diri.
Mari kita hidupkan hari-hari kita dengan Al-Qur’an, bukan hanya di lima waktu terbaik ini, tetapi di setiap kesempatan yang Allah beri. Karena setiap hurufnya adalah cahaya, setiap ayatnya adalah pelita bagi hati yang ingin kembali kepada-Nya.