Mendidik Bukan Sekadar Mengasuh: Hak-Hak Anak yang Terlupakan dalam Keluarga Muslim

Salah satu nikmat terbesar yang Allah berikan kepada hamba-Nya adalah keturunan. Anak adalah karunia yang diharapkan, penyejuk mata yang didambakan, dan harapan masa depan yang tumbuh di pelukan. Namun, tidak semua orang tua menyadari bahwa bersamaan dengan hadirnya anak dalam kehidupan mereka, datang pula amanah besar yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah ﷻ. Islam tidak memandang pengasuhan sebagai perkara dunia semata. Lebih dari sekadar memberi makan, pakaian, dan tempat tinggal, Islam memerintahkan orang tua untuk mendidik, membimbing, dan mengarahkan anak agar menjadi pribadi yang beriman dan bertakwa.

 

Di tengah kesibukan dan tantangan zaman, banyak keluarga Muslim yang tanpa sadar telah mengabaikan hak-hak anak yang sejatinya sangat mendasar. Pendidikan keimanan ditunda, pembentukan adab diabaikan, kasih sayang digantikan kemarahan, dan waktu bersama anak tergantikan oleh dunia maya. Anak-anak tumbuh, tetapi tanpa arah yang jelas. Mereka menjadi generasi yang tampak dewasa secara usia, tetapi rapuh dalam ruh dan prinsip.

 

Maka, menjadi penting bagi setiap orang tua Muslim untuk kembali merenungi: apakah selama ini kita hanya mengasuh anak, ataukah benar-benar mendidik mereka sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah dan dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ? Artikel ini mengajak kita semua untuk menengok kembali hak-hak anak yang sering kali terlupakan dalam keluarga Muslim—hak yang bukan hanya akan menentukan masa depan mereka di dunia, tetapi juga nasib kita bersama mereka di akhirat kelak.

 

Anak Adalah Amanah, Bukan Milik

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Sesungguhnya harta dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS. At-Taghabun: 15)

Anak bukan milik pribadi orang tua. Mereka adalah titipan dari Allah yang kelak akan diminta pertanggungjawabannya. Orang tua bukan pemilik hak mutlak atas anak, melainkan penjaga yang wajib memelihara, membimbing, dan mengantarkan mereka menuju jalan hidayah.

 

Hak Pertama: Diberi Lingkungan yang Baik Sejak Sebelum Lahir

Islam memandang hak anak bahkan sebelum ia lahir ke dunia. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Pilihlah tempat yang baik untuk sperma kalian, karena wanita itu bisa melahirkan anak yang serupa dengan keluarganya.” (HR. Ibnu Majah)

Artinya, hak anak dimulai dari pemilihan pasangan yang saleh atau salehah. Seorang calon ayah dan ibu harus mempersiapkan diri secara rohani agar anak yang lahir tumbuh dalam suasana yang diberkahi.

 

Hak Kedua: Diberi Nama yang Baik

Dalam Islam, nama bukan hanya identitas, melainkan doa. Memberi nama yang baik adalah bagian dari hak anak. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Sesungguhnya kalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama-nama kalian dan nama-nama ayah kalian, maka perbaikilah nama-nama kalian.” (HR. Abu Dawud)

Namun, berapa banyak orang tua hari ini yang memberi nama hanya berdasarkan tren atau kemewahan bunyi, bukan makna?

 

Hak Ketiga: Pendidikan Tauhid Sejak Dini

Salah satu hak anak yang paling utama adalah ditanamkan keimanan kepada Allah. Lihatlah bagaimana Luqman mendidik anaknya:

“Wahai anakku, janganlah engkau mempersekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS. Luqman: 13)

Pendidikan tauhid bukan sekadar pelajaran agama di sekolah, tapi internalisasi nilai dalam keluarga. Saat anak sakit, diajarkan untuk berdoa kepada Allah. Saat anak senang, diajarkan untuk bersyukur. Inilah ruh dari pendidikan Islami yang kerap terabaikan.

 

Hak Keempat: Pendidikan Akhlak dan Adab

Hari ini banyak orang tua mengejar kecerdasan anak, tapi lupa menanamkan adab. Padahal Rasulullah ﷺ bersabda:

“Tidak ada pemberian yang lebih utama dari orang tua kepada anaknya selain adab yang baik.” (HR. Tirmidzi)

Anak yang cerdas tanpa adab bisa menjadi ancaman, bukan rahmat. Sebaliknya, anak yang beradab akan membawa keberkahan, meskipun ia bukan yang paling pandai di kelas.

 

Hak Kelima: Perlindungan dari Lingkungan yang Rusak

Mengasuh bukan hanya memberi makan dan tempat tinggal, tapi juga menjaga dari fitnah zaman. Di era digital ini, gawai bisa menjadi gerbang kehancuran moral anak jika tidak diawasi. Salah satu hak anak adalah dilindungi dari tontonan dan pergaulan yang merusak akidah dan akhlaknya.

 

Hak Keenam: Diperlakukan dengan Kasih Sayang

Nabi ﷺ dikenal sangat penyayang terhadap anak-anak. Bahkan beliau mencium cucunya di hadapan sahabat-sahabatnya. Ketika seseorang bertanya mengapa beliau begitu lembut, Nabi bersabda:

“Barangsiapa tidak menyayangi, maka dia tidak akan disayangi.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sayangnya, sebagian orang tua di zaman ini lebih mudah menunjukkan emosi daripada kasih sayang. Anak menjadi sasaran pelampiasan stres, bukan pelipur lara yang harus direngkuh dengan cinta.

 

Hak Ketujuh: Didoakan dan Diberkahi

Anak yang didoakan orang tua akan tumbuh dengan perlindungan langit. Namun berapa banyak orang tua yang lebih banyak mengeluh daripada mendoakan anaknya? Padahal doa orang tua termasuk doa yang mustajab.

“Tiga doa yang dikabulkan tanpa keraguan: doa orang tua untuk anaknya…” (HR. Tirmidzi)

 

Mari Kita Muhasabah

Sebagian orang tua merasa telah menunaikan kewajiban karena sudah menyekolahkan anak, memberi makan, dan membeli kebutuhan hidup mereka. Padahal yang dituntut dalam Islam lebih dari itu. Mendidik adalah membentuk jiwa, menanamkan keimanan, membimbing dengan kasih sayang, dan menjaga dari fitnah dunia.

 

Anak adalah amanah yang akan kembali kepada Allah. Setiap tangisan mereka, setiap tawa mereka, dan setiap langkah mereka menuju kebaikan atau keburukan akan kembali kepada siapa? Kepada kita, para orang tua.

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Semoga kita tidak hanya menjadi pengasuh, tapi juga pendidik. Tidak hanya membesarkan tubuh anak, tapi juga membesarkan jiwanya. Semoga kita mampu menunaikan hak-hak mereka, agar kelak kita tidak dituntut oleh mereka di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala.