Puasa bukan sekedar menahan lapar dan haus. Ia adalah ibadah yang membersihkan jiwa, melatih kesabaran, dan mempererat hubungan antara hamba dengan Rabb-nya. Jika puasa wajib di bulan Ramadhan menjadi kewajiban tahunan bagi setiap Muslim, maka puasa sunnah adalah ladang amal yang terbuka sepanjang tahun — bagi mereka yang ingin mendekat kepada Allah dan meraih pahala yang berlipat.
Rasulullah SAW sendiri dikenal sebagai sosok yang rajin berpuasa sunnah. Dalam berbagai hadits shahih, tercatat kebiasaan beliau berpuasa di hari-hari tertentu, dan beliau menganjurkan umatnya untuk meneladaninya. Berikut adalah delapan puasa sunnah yang sangat dianjurkan dan mengandung banyak keutamaan:
1. Puasa Senin dan Kamis
Rasulullah SAW sangat mencintai hari Senin dan Kamis. Beliau bersabda:
“Amal-amal diperlihatkan (kepada Allah) pada hari Senin dan Kamis. Maka aku ingin amalku diperlihatkan dalam keadaan aku sedang berpuasa.” (HR. Tirmidzi, hasan)
Hari Senin juga adalah hari kelahiran beliau, hari diutusnya sebagai Nabi, serta hari pertama wahyu diturunkan. Melaksanakan puasa di hari-hari ini adalah bentuk penghormatan dan cinta kepada Rasulullah, sekaligus upaya memperbaiki amal di hadapan Allah.
2. Puasa Ayyamul Bidh (Tanggal 13, 14, dan 15 Hijriyah)
Ayyamul Bidh — yang berarti “hari-hari putih” — adalah tiga hari di pertengahan setiap bulan Hijriyah saat bulan tampak paling terang. Rasulullah bersabda kepada sahabatnya:
“Berpuasalah tiga hari setiap bulan. Karena sesungguhnya itu seperti puasa sepanjang tahun.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Jika dilakukan rutin setiap bulan, ini setara dengan puasa setahun penuh, karena satu amal kebaikan dibalas sepuluh kali lipat oleh Allah SWT.
3. Puasa Daud (Sehari Puasa, Sehari Tidak)
Puasa Daud adalah bentuk puasa sunnah yang paling utama. Nabi bersabda:
“Puasa yang paling dicintai oleh Allah adalah puasa Nabi Daud. Ia berpuasa sehari dan tidak berpuasa sehari.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Namun, puasa ini tidak dianjurkan bagi yang belum terbiasa puasa rutin, karena ia membutuhkan keteguhan dan keseimbangan. Ia adalah ibadah yang menunjukkan konsistensi dan kesungguhan seorang hamba.
4. Puasa Arafah (9 Dzulhijjah)
Bagi yang tidak sedang menunaikan haji, puasa di hari Arafah sangat dianjurkan. Rasulullah SAW bersabda:
“Puasa hari Arafah, aku berharap kepada Allah agar menghapus dosa tahun sebelumnya dan tahun setelahnya.” (HR. Muslim)
Bayangkan, hanya dengan satu hari berpuasa, dosa dua tahun diampuni — sebuah hadiah luar biasa dari Allah bagi hamba yang ikhlas.
5. Puasa Asyura (10 Muharram)
Asyura adalah hari penting dalam sejarah para Nabi. Nabi Musa AS diselamatkan dari kejaran Firaun di hari ini. Ketika Rasulullah SAW tiba di Madinah, beliau mendapati orang Yahudi berpuasa pada hari itu, lalu bersabda:
“Kami lebih berhak terhadap Musa daripada kalian.” Maka beliau pun berpuasa dan memerintahkan umatnya untuk berpuasa. (HR. Bukhari)
Rasulullah menganjurkan untuk menambahkan puasa sehari sebelumnya (9 Muharram) atau sesudahnya (11 Muharram) agar berbeda dari kebiasaan Yahudi.
6. Puasa Enam Hari di Bulan Syawal
Setelah Ramadhan berlalu, ibadah tak seharusnya ikut surut. Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan, lalu mengikutinya dengan enam hari di bulan Syawal, maka seolah-olah ia berpuasa sepanjang tahun.” (HR. Muslim)
Puasa ini bisa dilakukan berturut-turut atau terpisah sepanjang bulan Syawal. Ia menjadi penanda bahwa seseorang tetap istiqomah setelah Ramadhan.
7. Puasa di Bulan Sya’ban
Bulan Sya’ban seringkali dilupakan, padahal Rasulullah sangat rajin berpuasa di bulan ini. Aisyah RA berkata:
“Aku tidak melihat Rasulullah SAW berpuasa di bulan lain sebanyak beliau berpuasa di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sya’ban adalah bulan di mana amal manusia diangkat kepada Allah. Maka Rasulullah ingin amalnya diangkat dalam keadaan berpuasa.
8. Puasa di Bulan Muharram
Muharram adalah bulan pertama dalam kalender Hijriyah dan termasuk dalam bulan-bulan haram yang dimuliakan Allah. Rasulullah SAW bersabda:
“Sebaik-baik puasa setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, yaitu Muharram.” (HR. Muslim)
Puasa di bulan ini, selain Asyura, tetap mengandung keutamaan dan ganjaran besar.
Menjemput Cinta Allah lewat Puasa Sunnah
Dalam hidup yang penuh godaan dan kelalaian, puasa sunnah adalah jalan sunyi yang menyucikan hati. Ia membentuk pribadi yang sabar, ikhlas, dan senantiasa terhubung dengan Allah. Ia juga menjadi benteng dari dosa dan penolong di hari akhir.
Memulai puasa sunnah tidak harus langsung banyak. Bisa dimulai dari yang ringan: Senin dan Kamis, atau Ayyamul Bidh setiap bulan. Lambat laun, insyaAllah, jiwa akan terbiasa, dan cinta Allah akan semakin dekat.
Bukankah kita semua ingin meraih pahala lebih? Maka, mari hidupkan sunnah ini, dan jadikan puasa sebagai teman perjalanan menuju ridha-Nya.