Takbir, atau ucapan Allahu Akbar yang berarti “Allah Maha Besar”, adalah salah satu ungkapan zikir paling agung dalam Islam. Ia bukan sekadar ucapan lisan, tetapi juga pancaran keyakinan hati bahwa tiada sesuatu pun yang lebih besar, lebih kuat, dan lebih layak disembah kecuali Allah. Takbir mengiringi hampir setiap ibadah utama dalam Islam: shalat, adzan, khutbah, bahkan saat menyembelih hewan kurban.
Di momen-momen tertentu seperti menjelang Idul Fitri dan Idul Adha, umat Islam disunnahkan memperbanyak takbir. Namun, tak banyak yang memahami bahwa takbir yang dianjurkan pada waktu-waktu tersebut memiliki dua jenis utama, yaitu takbir muthlaq dan takbir muqayyad. Pemahaman terhadap kedua jenis takbir ini penting agar kita bisa mengamalkannya dengan benar dan sesuai sunnah.
Apa Itu Takbir Muthlaq?
Secara bahasa, “muthlaq” berarti “bebas” atau “tidak terikat”. Maka takbir muthlaq adalah takbir yang dibaca secara bebas, tidak terikat oleh waktu atau tempat tertentu, selama masih dalam rentang waktu yang disyariatkan.
1. Waktu Pelaksanaan Takbir Muthlaq
- Idul Fitri: Takbir muthlaq dimulai sejak malam 1 Syawal (setelah matahari terbenam pada malam Idul Fitri) hingga imam naik mimbar untuk khutbah Idul Fitri.
- Idul Adha: Dimulai sejak malam 10 Dzulhijjah (malam Idul Adha) dan berlangsung hingga akhir hari Tasyriq (13 Dzulhijjah), meskipun sebagian ulama mengatakan berakhir sebelum terbenam matahari tanggal 13 Dzulhijjah.
2. Tempat dan Kesempatan Takbir Muthlaq
Takbir muthlaq boleh dilafalkan:
- Di rumah
- Di masjid
- Di pasar
- Di jalanan
- Setelah shalat (selama belum masuk waktu takbir muqayyad)
- Ketika sedang bersama keluarga atau sendiri
Takbir ini menjadi syiar yang memperlihatkan kebesaran dan keagungan Allah kepada seluruh umat, bahkan kepada orang-orang non-Muslim. Oleh karena itu, sunnah untuk melantunkan takbir ini dengan suara yang lantang, terutama bagi laki-laki.
Apa Itu Takbir Muqayyad?
“Muqayyad” berarti “terikat”. Maka takbir muqayyad adalah takbir yang terikat oleh waktu dan keadaan tertentu, yaitu setelah shalat fardhu.
1. Waktu Pelaksanaan Takbir Muqayyad
Takbir ini hanya disyariatkan pada hari-hari Idul Adha:
- Dimulai pada subuh hari Arafah (9 Dzulhijjah) bagi selain jemaah haji, atau mulai dari shalat Zhuhur hari Idul Adha (10 Dzulhijjah) menurut sebagian pendapat.
- Berakhir setelah shalat Ashar pada 13 Dzulhijjah.
Artinya, umat Islam disunnahkan bertakbir setiap selesai melaksanakan shalat lima waktu, baik secara berjamaah maupun sendirian, selama rentang waktu tersebut.
2. Kapan Takbir Muqayyad Tidak Berlaku?
Pada Idul Fitri, takbir muqayyad tidak disyariatkan. Yang berlaku hanya takbir mutlaq hingga dimulainya khutbah Idul Fitri.
Contoh Lafal Takbir
Lafal takbir yang dianjurkan sangat beragam. Namun, yang paling umum di masyarakat adalah sebagai berikut:
Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar, Allahu akbar walillaahil hamd.
Artinya: Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Tiada tuhan selain Allah. Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, dan segala puji bagi Allah.
Sebagian masyarakat menambahkan variasi, seperti menyambung hingga empat kali takbir atau menambahkan tahmid dan tahlil. Semua itu dibolehkan selama tidak menyimpang dari ajaran umum Islam dan tidak meyakini satu versi tertentu sebagai satu-satunya yang sah.
Hikmah dan Tujuan Takbir
Mengapa takbir begitu ditekankan dalam momen-momen ini?
1. Menampakkan syiar Islam: Takbir adalah cara untuk menampakkan kemuliaan agama ini secara terbuka dan penuh semangat.
2. Mengingat keagungan Allah: Di tengah kesibukan menyambut hari raya, takbir mengingatkan kita agar tidak terjebak dalam formalitas dan pesta, tetapi tetap menjadikan Allah sebagai pusat perhatian dan pengagungan.
3. Mengisi waktu dengan zikir: Hari-hari raya dan hari tasyriq adalah waktu-waktu istimewa. Mengisi waktu tersebut dengan takbir berarti memaksimalkan ibadah dalam suasana gembira.
Mengetahui jenis-jenis takbir—mutlaq dan muqayyad—bukanlah sekadar perkara teknis fiqih. Ia adalah bagian dari usaha kita untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah yang lebih sesuai dengan sunnah Nabi ﷺ. Ketika takbir dilafalkan dengan penuh kesadaran, maka bukan hanya lisan yang berbicara, tapi juga hati yang mengagungkan.
Mari hidupkan takbir di rumah-rumah, jalan-jalan, dan masjid-masjid kita. Bukan hanya sebagai tradisi tahunan, tetapi sebagai syiar iman yang menggema dalam hati dan kehidupan sehari-hari.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar… Walillaahil Hamd.