Dalam sejarah pemikiran Islam, tak ada figur akhir zaman yang lebih misterius dan menimbulkan tanda tanya seperti Dajjal. Sosok ini digambarkan sebagai pembawa fitnah terbesar sepanjang perjalanan umat manusia, hingga Nabi Muhammad ﷺ pun mengingatkan umatnya dalam banyak hadits tentang bahayanya. Namun, di balik narasi dan kisah-kisah tersebut, muncul pertanyaan penting: Apakah Dajjal adalah sosok nyata yang akan muncul di akhir zaman, ataukah ia hanyalah simbol dari sistem kezaliman global yang melanda dunia sebelum kiamat tiba?
Makna dan Asal Kata “Dajjal”
Dalam bahasa Arab, “Dajjal” berasal dari kata dajala yang berarti menutupi atau melapisi sesuatu dengan tipuan. Dajjal, karenanya, diartikan sebagai “Sang Penipu Besar”, makhluk yang mengelabui manusia dengan kedustaan yang luar biasa sehingga benar bisa tampak salah, dan salah bisa tampak benar. Ini selaras dengan berbagai riwayat yang menyebutkan bahwa fitnah Dajjal begitu dahsyat hingga orang berilmu pun bisa terperdaya kecuali yang diberi hidayah oleh Allah.
Dajjal sebagai Sosok Nyata dalam Hadits
Mayoritas ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah memahami Dajjal sebagai makhluk individu yang nyata. Dalam hadits-hadits shahih riwayat Bukhari dan Muslim, Nabi ﷺ menggambarkan fisik Dajjal: bermata satu, rambut keriting, bertubuh besar, serta di dahinya tertulis kata “ك ف ر” (kafir) yang dapat dibaca oleh setiap mukmin, baik yang paham baca-tulis maupun tidak.
Lebih dari itu, Dajjal disebutkan mampu melakukan hal-hal yang luar biasa, seperti menghidupkan orang mati (dengan izin Allah), menurunkan hujan, dan mengatur rezeki. Fitnah inilah yang membuat Nabi ﷺ sangat mewanti-wanti umatnya agar selalu membaca doa perlindungan dari Dajjal setiap selesai shalat.
Dajjal Sebagai Simbol atau Sistem?
Di sisi lain, sebagian pemikir kontemporer mengajukan tafsir berbeda. Bagi mereka, Dajjal tak semata-mata individu fisik, melainkan simbol dari sistem global yang penuh ilusi dan kebohongan. Dunia modern yang dipenuhi fitnah visual, teknologi manipulatif, berita bohong (fake news), serta propaganda materialistik dipandang sebagai bentuk manifestasi ‘fitnah Dajjal’.
Dalam tafsir ini, “mata satu” Dajjal diartikan sebagai lambang dari peradaban modern yang memandang dunia hanya dari aspek material saja, melupakan dimensi ruhani. Mereka juga memandang kemampuan Dajjal ‘menghidupkan’ dan ‘mematikan’ sebagai metafor dari kendali sistem ekonomi global atas kemiskinan dan kekayaan umat manusia.
Namun, pandangan ini bukan tanpa kritik. Banyak ulama mengingatkan bahwa penafsiran simbolik ini tak bisa menafikan eksistensi Dajjal sebagai makhluk individu nyata yang memang dijanjikan akan muncul sebelum kiamat. Bagi mereka, sistem dan teknologi sesat memang fitnah besar, namun Dajjal sebagai pribadi tetap bagian dari keyakinan eskatologis Islam.
Mengapa Fitnah Dajjal Dianggap Fitnah Terbesar?
Nabi ﷺ menyatakan bahwa tidak ada fitnah yang lebih dahsyat sejak diciptakannya Nabi Adam AS sampai hari kiamat kecuali fitnah Dajjal. Alasannya jelas: Dajjal datang membawa ‘surga dan neraka’ palsu. Ia mampu membolak-balik realitas. Ia membuat kebenaran tampak sebagai kesesatan dan kesesatan tampak sebagai kebenaran. Bahkan orang berilmu yang tidak kuat iman bisa tersesat.
Fitnah Dajjal tidak hanya menyerang akal manusia, tetapi juga menguji hatinya: apakah seseorang meyakini yang gaib sebagaimana diajarkan dalam Al-Qur’an, atau hanya tunduk kepada yang kasatmata dan sementara?
Sikap Seorang Muslim: Realita atau Simbol, Tetap Bersiap
Apakah Dajjal figur nyata atau lambang sistem global, seorang Muslim tetap dituntut untuk berjaga-jaga. Nabi ﷺ telah mengajarkan doa perlindungan dari empat perkara, termasuk fitnah Dajjal, dalam bacaan tahiyat akhir:
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari adzab neraka Jahannam, dari adzab kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, serta dari kejahatan fitnah Dajjal.”
Sebagai persiapan ruhani, Nabi ﷺ juga menganjurkan membaca sepuluh ayat pertama atau terakhir dari surat Al-Kahfi setiap Jumat. Dalam surah ini terdapat pelajaran penting: tentang ujian iman, kekayaan, ilmu, kekuasaan—semua jenis fitnah yang kelak diperhebat oleh Dajjal.
Antara Realita dan Simbol
Hingga kini, perdebatan tentang apakah Dajjal sosok fisik atau simbol sistem global terus berlangsung. Namun keduanya tidak harus saling meniadakan. Bisa jadi, sebagaimana tafsir sebagian ulama klasik dan modern, Dajjal memang akan muncul sebagai pribadi nyata, namun sebelum itu sistem dunia telah lebih dahulu membangun panggung bagi kedatangannya—dengan budaya ilusi, penipuan massal, dan pengaburan kebenaran.
Bagi seorang Muslim, kunci keselamatan dari fitnah ini bukan terletak pada rincian fisik Dajjal semata, tetapi pada kekuatan iman, pengenalan hakikat kebenaran, keteguhan tauhid, dan keterikatan kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Karena fitnah terbesar sebelum kiamat ini hanya bisa dilawan dengan iman terbesar pula.