Semua dalam Pantauan: Tak Ada yang Tersembunyi di Hadapan Allah

Dalam kehidupan dunia yang serba sibuk ini, seringkali manusia merasa bebas untuk berbuat apa saja. Ia merasa tak ada yang memperhatikan, tak ada yang mencatat, tak ada yang mengawasi. Kadang dalam kesendirian, manusia mengira ia benar-benar sendiri. Padahal, tanpa ia sadari, ia sesungguhnya selalu dalam pantauan Zat Yang Maha Melihat, Maha Mendengar, dan Maha Mengetahui: Allah Subhanahu wa Ta’ala.

 

Tak Ada yang Luput dari Pengawasan-Nya

Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

“Tidak ada suatu pun yang tersembunyi dari-Nya, baik di bumi maupun di langit.” (QS. Ali Imran: 5)

Ayat ini menjadi peringatan tegas bahwa apapun yang kita pikirkan, rencanakan, ucapkan, apalagi kerjakan, semuanya tercatat di sisi Allah. Bahkan niat yang belum menjadi perbuatan pun telah diketahui oleh-Nya. Manusia bisa saja menipu mata manusia lain, bisa bersandiwara di hadapan makhluk, tetapi tidak di hadapan Al-Khaliq.

 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya Allah telah mencatat kebaikan dan keburukan serta menjelaskannya: Barang siapa yang berniat melakukan kebaikan namun tidak melakukannya, maka Allah mencatat untuknya satu kebaikan yang sempurna…” (HR. Bukhari dan Muslim)

Lihatlah, betapa niat yang terbersit dalam hati saja sudah menjadi perhatian Allah, apalagi amal nyata.

 

Catatan Amal: Bukti Tiada yang Terlewatkan

Dalam surah Al-Kahfi ayat 49, Allah menggambarkan suasana Hari Kiamat ketika manusia dipertemukan dengan catatan amal mereka:

“Dan diletakkanlah kitab (catatan amal), lalu kamu akan melihat orang-orang berdosa ketakutan terhadap apa yang tertulis di dalamnya. Mereka berkata: ‘Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya?’…” (QS. Al-Kahfi: 49)

Semua, sekecil apapun, tercatat. Tidak ada yang luput. Bahkan lirikan mata, bisikan hati, gerak jari di media sosial, tulisan di kolom komentar, semua terangkum dalam kitab itu.

 

Hari ini, dunia modern sering mengingatkan kita soal “pengawasan” lewat CCTV, GPS, alat pelacak digital. Setiap gerak-gerik bisa ditelusuri. Namun sadarkah kita bahwa jauh sebelum teknologi ini lahir, Allah sudah menegaskan sistem pengawasan yang tak mungkin error, tak mungkin gagal sinyal, tak mungkin mati listrik?

“Dan sesungguhnya atas kalian ada penjaga-penjaga (malaikat), yang mulia lagi mencatat, mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Infithar: 10-12)

Malaikat Raqib dan Atid selalu aktif mencatat amal baik dan buruk. Tidak ada cuti. Tidak ada istirahat. Inilah “CCTV ilahi” yang jauh lebih akurat dan sempurna dibanding teknologi tercanggih manusia.

 

Kesadaran Ihsan: Merasa Dipantau Tanpa Henti

Dalam hadits Jibril yang masyhur, Rasulullah menjelaskan makna ihsan:

“Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR. Muslim)

Inilah puncak keimanan: selalu merasa diawasi Allah, kapan pun, di mana pun. Ketika seorang hamba sampai pada tingkat ihsan, ia tidak berani sembarangan berbicara, melangkah, menulis, bahkan berbisik. Bukan karena takut manusia, tapi takut kepada Allah yang Maha Menyaksikan.

 

Bayangkan jika setiap detik kita sadar: “Aku dalam pantauan Allah”. Akankah kita masih tega menulis kebencian di media sosial? Akankah lidah ini ringan menggunjing? Akankah mata ini tega memandang maksiat?

 

Kehidupan yang Berubah Jika Merasa Diawasi

Kesadaran bahwa kita selalu dalam pantauan Allah seharusnya melahirkan beberapa sikap:

1. Hati-hati dalam bertindak
Tidak ada ruang untuk ceroboh. Setiap tindakan ditimbang sebelum dilakukan: apakah ini akan mengundang ridha Allah atau murka-Nya?

 

2. Menjaga kesucian hati
Karena Allah bukan hanya menilai amal lahiriah, tapi juga isi hati. Dengki, sombong, iri, riya — semuanya tercatat.

 

3. Ikhlas dalam amal
Ketika tak seorang pun manusia melihat kebaikan kita, Allah tetap melihat. Maka untuk apa pamer? Untuk apa cari pujian manusia?

 

4. Semangat beramal di setiap kondisi
Bahkan di tempat sunyi, saat sendiri, saat gelap malam, tetap semangat berzikir, shalat malam, membaca Qur’an, karena yakin Allah melihat.

 

5. Tak mudah putus asa
Saat berdoa dalam kesendirian, jangan putus asa. Allah mendengar bisikan lirih yang tak terdengar oleh manusia.

 

Pilihan Ada di Tangan Kita

Pada akhirnya, setiap manusia bebas memilih: mau mengisi “rekaman hidup” ini dengan kebaikan atau keburukan. Mau menjadikan catatan amalnya sebagai kabar gembira di hari kiamat atau justru sebagai penyesalan tiada akhir.

 

Allah tak pernah lalai, tak pernah lupa. Semua dalam pantauan-Nya. Maka jangan sampai kita lalai dan lupa diri. Jadilah orang yang ketika membuka catatan amal di akhirat nanti, tersenyum bangga karena penuh pahala, bukan menangis hancur karena dosa.

 

Karena kita semua adalah: Orang dalam Pantauan Allah.