Tidak ada warisan terbaik yang bisa ditinggalkan orang tua kepada anak selain iman yang kokoh dan cinta kepada Allah. Dan salah satu bentuk cinta itu terwujud dalam kebiasaan beribadah sejak dini. Ketika seorang anak dibiasakan mengenal ibadah sejak kecil, maka sesungguhnya ia telah diarahkan untuk meniti jalan menuju surga, selangkah demi selangkah.
Namun membimbing anak untuk mencintai ibadah bukanlah proses instan. Ini adalah perjalanan panjang yang membutuhkan kesabaran, kelembutan, dan keteladanan. Anak kecil tidak bisa dipaksa memahami makna shalat, wudhu, puasa, atau membaca Al-Qur’an secara langsung. Tapi mereka bisa merasakan, mengamati, dan meniru. Di sinilah peran besar orang tua untuk menjadi madrasah pertama dan utama.
1. Teladan adalah Kunci
Anak adalah peniru ulung. Apa yang dilihatnya setiap hari, itulah yang akan tertanam dalam benaknya. Maka, sebelum menyuruh anak shalat, pastikan orang tua shalat tepat waktu. Sebelum meminta anak membaca Qur’an, pastikan ayah dan ibu juga akrab dengan mushaf. Jangan harap anak mau berdoa sebelum tidur jika selama ini orang tuanya justru sibuk dengan gawai. Teladan bukan hanya lebih efektif dari kata-kata—teladan adalah bahasa cinta yang dimengerti anak tanpa harus dijelaskan.
Ketika anak melihat ayahnya bangun sebelum subuh dan berwudhu dengan penuh semangat, lalu shalat dengan khusyuk, ia akan merasa ada yang indah dalam ritual itu. Ketika ibu mengajaknya duduk tenang di sore hari membaca Al-Qur’an, anak akan mengasosiasikan ibadah sebagai momen yang nyaman dan menyenangkan.
2. Jadikan Ibadah sebagai Aktivitas Ceria, Bukan Kewajiban Berat
Sering kali, niat orang tua yang baik berubah menjadi tekanan karena cara menyampaikannya salah. “Shalat sana, nanti masuk neraka!”, atau “Kamu dosa kalau nggak ngaji!”—kalimat seperti ini bisa membuat anak justru menjauh dari ibadah karena merasa takut, bukan cinta. Islam tidak pernah dimulai dengan ketakutan, tapi dengan kasih sayang. Nabi ﷺ tidak membebani anak-anak dengan perintah keras, tetapi memberi contoh dengan penuh kelembutan dan cinta.
Libatkan anak dalam ibadah dengan cara menyenangkan. Ajak mereka memilih sajadah kesukaannya, membuat ‘jadwal shalat’ yang ditempel di dinding, atau memberikan bintang penghargaan setelah ia menyelesaikan puasa setengah hari. Ibadah harus dikenalkan sebagai hadiah, bukan beban.
3. Bangun Kebiasaan, Bukan Sekadar Kepatuhan
Membiasakan anak shalat sejak umur tujuh tahun, sebagaimana anjuran Rasulullah ﷺ, bukanlah tentang memastikan mereka mengerti semua bacaan dan gerakan, tapi tentang membentuk rutinitas yang menempel kuat dalam jiwa. Anak-anak yang terbiasa bangun untuk shalat subuh, meski awalnya hanya karena diajak, kelak akan menjadikan itu sebagai kebutuhan.
Sama seperti anak belajar bicara—dimulai dari meniru, lalu mengerti, dan akhirnya menyampaikan sendiri. Ibadah pun begitu. Hari ini anak shalat karena disuruh, esok ia akan shalat karena terbiasa, dan insyaAllah suatu saat ia akan shalat karena cinta.
4. Tanamkan Makna, Seiring Waktu
Saat anak mulai tumbuh dan daya pikirnya berkembang, perlahan kita bisa menyisipkan nilai-nilai di balik ibadah. Misalnya, jelaskan bahwa shalat itu seperti menelepon Allah lima kali sehari. Bahwa puasa adalah latihan sabar dan peduli terhadap orang yang kurang mampu. Bahwa sedekah itu membuat hati jadi bersih dan ringan.
Gunakan kisah, dongeng, dan cerita inspiratif dari Al-Qur’an dan sirah Nabi untuk menumbuhkan rasa cinta pada ibadah. Anak-anak sangat menyukai cerita. Jika kisah itu menyentuh hatinya, maka ibadah tak lagi hanya perintah, tetapi menjadi kebutuhan.
5. Doakan Mereka Tanpa Henti
Setinggi apa pun upaya orang tua, hidayah tetap milik Allah. Maka jangan pernah lalai untuk mendoakan anak-anak agar Allah tumbuhkan kecintaan pada ibadah di dalam hati mereka. Sebab hati mereka adalah ladang yang hanya bisa digerakkan oleh izin-Nya. Rasulullah ﷺ pun tak pernah berhenti mendoakan anak-anak dan umatnya, meski mereka belum memahami semua ajarannya.
Doakan mereka dalam sujud, saat tahajud, di antara adzan dan iqamah—agar setiap langkah kecil mereka dalam ibadah hari ini menjadi jalan besar menuju surga kelak.
Investasi Abadi
Membimbing anak mencintai ibadah adalah investasi abadi. Langkah-langkah kecil yang kita tanam hari ini, insyaAllah akan tumbuh menjadi pohon amal yang rindang kelak. Sebab di balik anak yang rajin shalat dan membaca Al-Qur’an, ada orang tua yang tak lelah menjadi teladan, tak henti mendoakan, dan sabar membimbing.
Jika kita ingin melihat generasi yang kuat, mulai dari rumah kita sendiri. Ajarkan mereka bukan hanya cara beribadah, tapi juga makna cinta kepada Allah. Sebab cinta yang ditanamkan di masa kecil, akan tumbuh kokoh sepanjang hayat.