Berlemah Lembut dalam Perkataan dan Perbuatan: Tanda Hati yang Bersih

Dalam kehidupan sehari-hari, sikap seseorang sering kali mencerminkan kondisi hatinya. Lisan yang kasar, perilaku yang keras, dan sikap yang menyakitkan biasanya lahir dari hati yang kotor, penuh amarah, dan kurang kasih sayang. Sebaliknya, orang yang hatinya bersih, tenteram, dan dipenuhi rahmat Allah akan senantiasa tampil dengan kelembutan, baik dalam ucapan maupun perbuatannya. Lemah lembut bukan hanya soal etika sosial, melainkan cerminan akhlak mulia yang diajarkan oleh Islam dan diwariskan oleh teladan agung, Rasulullah ﷺ.

 

Lemah Lembut Adalah Akhlak Nabi

Dalam banyak riwayat, Rasulullah ﷺ dikenal sebagai pribadi yang sangat lemah lembut. Bahkan kepada orang-orang yang mencacinya, beliau tetap menunjukkan akhlak terbaik. Allah ﷻ pun memuji beliau dalam Al-Qur’an:

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka…” (QS. Ali Imran: 159)

Ayat ini menunjukkan betapa kelembutan bukan sekadar tabiat, tapi rahmat dari Allah yang mendiami hati seorang hamba. Tanpa rahmat itu, seseorang mudah terpancing emosi, mudah menghakimi, mudah menyakiti dengan kata-kata. Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa lemah lembut adalah pintu kebaikan, dan kekasaran adalah sumber dari perpecahan, kebencian, bahkan kehancuran.

 

Dalam hadits juga ditegaskan:

“Sesungguhnya Allah Maha Lembut, menyukai kelembutan dalam segala urusan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Betapa jelas bahwa kelembutan bukan hanya sikap manusiawi, tapi juga bagian dari kecintaan Allah. Barangsiapa ingin dekat dengan Allah, hendaknya ia menata hati untuk selalu bersikap lembut kepada sesama.

 

Lemah Lembut dalam Perkataan

Perkataan memiliki kekuatan yang luar biasa. Kata-kata yang kasar bisa merobohkan kepercayaan diri seseorang, merusak persaudaraan, bahkan meruntuhkan keharmonisan rumah tangga. Sementara kata-kata yang lembut mampu menenangkan hati, meredam amarah, bahkan menyembuhkan luka batin yang dalam.

 

Allah ﷻ memerintahkan Nabi Musa dan Nabi Harun ‘alaihimas-salam, saat diperintahkan mendakwahi Fir’aun yang begitu zalim pun tetap menggunakan kata-kata yang lemah lembut:

“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir’aun) dengan kata-kata yang lemah lembut.” (QS. Thaha: 44)

Jika kepada orang sekejam Fir’aun saja Allah memerintahkan kelembutan, apalagi kepada sesama kaum Muslimin, keluarga, sahabat, tetangga, dan orang-orang yang kita cintai.

 

Sikap lemah lembut dalam berbicara bukan berarti kita selalu setuju atau selalu mengalah, tapi bagaimana cara menyampaikan kebenaran dengan tutur kata yang tidak melukai, yang membuat orang mudah menerima nasihat, bukan menolaknya karena emosi.

 

Lemah Lembut dalam Perbuatan

Bukan hanya ucapan, kelembutan juga tampak dalam perbuatan. Orang yang hatinya dipenuhi kasih sayang akan lebih mudah memaafkan, lebih sabar menghadapi kekurangan orang lain, dan tidak tergesa-gesa dalam bertindak. Ia tidak mudah marah, tidak suka membalas dendam, dan tidak senang mempermalukan orang lain.

 

Kelembutan dalam tindakan juga tampak dari cara seseorang memperlakukan orang tua, pasangan, anak-anak, bahkan hewan dan alam sekitar. Rasulullah ﷺ sendiri mengajarkan umatnya untuk memperlakukan makhluk hidup dengan penuh kasih sayang. Sungguh, kelembutan adalah ciri orang beriman, bukan hanya saat di masjid, tapi juga dalam segala aspek kehidupan.

 

Hati yang Bersih, Akarnya Kelembutan

Mengapa ada orang yang mudah berlemah lembut? Karena hatinya bersih. Orang yang hatinya bersih tidak dipenuhi dendam, prasangka buruk, dan hasad. Ia tahu bahwa setiap orang punya ujian masing-masing, punya kekurangan yang berbeda. Maka kelembutan lahir karena empati, karena rasa cinta sesama makhluk Allah.

 

Sebaliknya, hati yang penuh penyakit akan memunculkan sikap keras, kaku, suka menyalahkan, dan merendahkan. Oleh sebab itu, orang yang ingin melatih kelembutan, harus lebih dahulu membersihkan hatinya. Banyak berdzikir, banyak membaca Qur’an, dan memohon kepada Allah agar dianugerahi hati yang lembut.

 

Kelembutan Membuka Pintu Kebaikan

Berlemah lembut bukan tanda kelemahan, tapi tanda kemuliaan jiwa. Orang yang kuat bukan yang cepat marah, tapi yang mampu menahan amarah dan tetap lembut meski dihina. Lemah lembut bukan hanya menyenangkan orang lain, tapi mendatangkan rahmat Allah, menumbuhkan cinta, menguatkan ukhuwah, dan menyejukkan hati.

 

Mari kita berlatih menjadi pribadi yang lemah lembut, sebagaimana Rasulullah ﷺ telah mencontohkannya kepada kita. Mulailah dari cara berbicara, cara memperlakukan orang lain, dan cara merespons keadaan yang sulit. Sebab di balik kelembutan, ada kebaikan yang tak ternilai.

اللهم اجعلنا من أهل الحلم والرفق، آمين.