Dokumentasi AP Photo/Emilio Morenatti
Barcelona, Ahad (31/8/2025) – Di bawah langit biru Mediterania yang luas, ribuan orang berkumpul di pelabuhan Barcelona. Mereka tidak sekadar hadir untuk menyaksikan sebuah pelayaran, tetapi untuk melepas keberangkatan sebuah misi kemanusiaan yang penuh dengan doa, air mata, dan harapan.
Puluhan kapal berderet rapi di dermaga, dihiasi bendera berbagai negara, seakan menjadi simbol persatuan dunia. Dari pengeras suara, lantunan musik damai berpadu dengan seruan takbir dan nyanyian solidaritas. Di wajah para relawan, tampak semangat yang membara: mereka tahu bahwa perjalanan ini bukan sekadar menembus lautan, tetapi juga menembus tembok ketidakadilan yang telah membelenggu Gaza selama hampir dua dekade.
Armada ini adalah bagian dari Global Sumud Flotilla, konvoi maritim internasional terbesar yang pernah berlayar menuju Gaza. Kapal-kapal itu membawa bantuan logistik, obat-obatan, serta para aktivis dari 44 negara yang menolak untuk tinggal diam melihat penderitaan rakyat Palestina. Mereka akan bergabung dengan armada tambahan dari Italia dan Tunisia, sebelum bersama-sama melintasi Mediterania ke arah Timur, menuju sebuah wilayah yang terkepung oleh blokade kejam Israel selama 18 tahun.
Bagi rakyat Palestina di Gaza, setiap kapal yang datang bukan hanya berarti bantuan fisik, tetapi juga secercah harapan. Di balik setiap kotak obat-obatan, setiap karung tepung, tersimpan pesan bahwa dunia tidak melupakan mereka. Bahwa masih ada tangan-tangan yang terulur, meski dibatasi oleh lautan dan dipagari oleh blokade.
Relawan Indonesia Bergabung
Dari tanah air, Indonesia pun turut serta dalam misi kemanusiaan ini. Sekitar 30 orang relawan yang tergabung dalam Indonesia Global Peace Convoy (IGPC) telah mulai bertolak sejak Sabtu (30/8/2025). Mereka berangkat bergelombang, ada yang bersama rombongan resmi, ada pula yang berangkat secara mandiri.
“Selain yang bersama rombongan, ada juga yang berangkat mandiri,” ujar Coky Ahmad, Koordinator Media IGPC. Ia menambahkan bahwa para relawan ini datang dengan tekad kuat, membawa amanah bangsa Indonesia untuk selalu berdiri di sisi mereka yang tertindas.
Jika kelak mereka berhasil tiba di Tunisia, para relawan Indonesia akan bersatu dengan aktivis kemanusiaan dari lebih dari 50 negara. Dari titik itu, mereka akan bersama-sama mengarungi laut, membawa logistik dan obat-obatan, serta membawa doa jutaan umat yang menantikan kebebasan bagi Gaza.
Lebih dari Sebuah Pelayaran
Perjalanan ini bukan tanpa risiko. Kapal-kapal kemanusiaan di masa lalu pernah dihadang, bahkan diserang oleh militer Israel. Namun sejarah tak pernah memadamkan tekad para pejuang kemanusiaan. Justru semakin banyak hati yang terpanggil, semakin banyak langkah yang berani menantang ombak dan ancaman di laut.
Seorang relawan muda dari Indonesia, sebelum berangkat, menulis sebuah pesan singkat di akun media sosialnya: “Jika kami tidak kembali, teruskan perjuangan ini. Gaza bukan hanya Palestina, Gaza adalah nurani kita semua.”
Kata-kata itu menggema di hati banyak orang. Karena memang, Gaza bukan sekadar wilayah kecil yang terblokade; Gaza adalah cermin dari sebuah perlawanan abadi terhadap ketidakadilan.
Harapan yang Menyatu
Di pelabuhan Barcelona, pelukan terakhir antara relawan dan keluarga mereka dipenuhi isak tangis. Ada ayah yang mengucapkan doa untuk putranya, ada ibu yang menyeka air mata sambil berkata, “Pergilah, Nak, semoga Allah menjagamu.” Ada pula anak-anak yang melambaikan tangan kecilnya, tak sepenuhnya mengerti bahwa orang-orang yang mereka cintai sedang pergi menempuh perjalanan penuh risiko demi saudara-saudara yang bahkan belum pernah mereka temui.
Misi ini bukan hanya soal bantuan logistik. Ia adalah simbol keteguhan hati (sumud), keberanian, dan persatuan umat manusia melawan ketidakadilan. Gaza mungkin dikepung kawat berduri dan dinding beton, tetapi hati umat manusia tak pernah bisa diblokade.
Hari itu, Barcelona bukan sekadar sebuah kota pelabuhan. Ia menjadi saksi lahirnya sejarah baru, ketika dunia memilih untuk tidak diam. Kapal-kapal itu berlayar membawa pesan: bahwa meski dibatasi lautan, meski ada ancaman blokade, harapan dan kemanusiaan akan selalu menemukan jalannya.
Semoga armada kemanusiaan ini tiba dengan selamat, menembus blokade, dan menjadi cahaya bagi Gaza yang telah lama hidup dalam kegelapan.