Waktu adalah anugerah terbesar yang Allah berikan kepada manusia. Ia bagaikan air yang mengalir, tak pernah berhenti, tak bisa ditarik kembali, dan akan terus melaju hingga batas akhirnya tiba. Setiap detik yang berlalu adalah bagian dari hidup kita yang hilang, tidak akan pernah kembali, dan akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah kelak.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih serta saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran.” (QS. Al-‘Ashr: 1-3)
Ayat ini menjadi pengingat bahwa waktu bukanlah sesuatu yang netral, melainkan medan ujian. Bila dimanfaatkan dengan iman dan amal shalih, ia akan menjadi ladang pahala. Namun, bila disia-siakan, ia justru akan menjerumuskan manusia ke dalam kerugian yang besar.
Air Waktu: Menyuburkan atau Membanjiri Sia-Sia
Bayangkan sebuah aliran air. Jika dialirkan ke sawah, ia akan menumbuhkan padi yang memberi manfaat. Jika diarahkan ke waduk, ia akan menjadi cadangan kehidupan. Namun, bila dibiarkan mengalir tanpa arah, ia hanya akan hilang begitu saja, tanpa bekas.
Begitu pula waktu. Ada orang yang mengisinya dengan tilawah, shalat, doa, belajar, bekerja halal, menolong sesama, dan mencari ridha Allah. Lalu ada pula yang menghabiskannya dengan lalai, bermain tanpa batas, tenggelam dalam dosa, atau sekadar membiarkan hari-harinya berlalu tanpa makna.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Ada dua nikmat yang banyak manusia tertipu padanya: kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari)
Betapa sering kita baru menyadari berharganya waktu setelah ia lewat. Betapa sering kita menyesali kesehatan setelah ia hilang.
Kesadaran Akhirat: Kompas Sejati Kehidupan
Kehidupan dunia ibarat perjalanan singkat. Sedangkan negeri akhirat adalah tempat abadi. Bila kita menjadikan dunia sebagai tujuan, maka kita akan letih mengejar sesuatu yang fana. Namun bila kita menjadikan akhirat sebagai orientasi, maka dunia akan otomatis mengikuti sebagai jalan menuju kebahagiaan kekal.
Allah Ta’ala berfirman:
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu di dunia…” (QS. Al-Qashash: 77)
Ayat ini menuntun kita untuk seimbang: memanfaatkan dunia, tetapi tetap menjadikan akhirat sebagai tujuan utama.
Motivasi untuk Hidup yang Bermakna
Sahabat, setiap helaan nafas kita adalah perjalanan menuju titik akhir. Jangan sampai waktu habis tanpa kita isi dengan amal. Mari kita renungkan:
- Apakah hari ini lebih baik dari kemarin?
- Sudahkah kita mengisi waktu dengan ibadah dan kebaikan?
- Atau justru kita biarkan hari demi hari hilang tanpa arah?
Ingatlah, dunia ini bukan tempat tinggal selamanya. Ia hanyalah persinggahan, sedangkan rumah sejati kita ada di akhirat.
Jangan Biarkan Waktu Berlalu Sia-Sia
Waktu memang mengalir, tetapi kita bisa memilih ke mana ia akan bermuara. Apakah ke surga yang penuh nikmat, atau ke jurang penyesalan yang tiada akhir.
Maka, jangan biarkan waktu menjadi saksi kelalaian kita. Jadikanlah ia teman terbaik untuk mendekat kepada Allah, agar ketika kelak kita dipanggil, kita bisa pulang dengan senyum, karena membawa bekal yang cukup menuju negeri abadi.