Bunga dan Doa: Peran Ayah sebagai Penuntun Jalan Menuju Surga

Dalam kehidupan rumah tangga, kita sering mendengar pepatah: “Ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya.” Kalimat itu benar adanya, sebab kasih sayang dan ketulusan seorang ibu bagaikan bunga yang mekar indah dalam taman kehidupan. Namun di sisi lain, ada sosok ayah—yang meski sering diam, tidak banyak berkata, dan kadang tak selalu terlihat lembut, justru menjadi akar yang menancap kuat dan batang kokoh yang menjaga bunga itu agar tetap berdiri.

 

Ayah bukan sekadar pencari nafkah. Ia adalah pemimpin, pelindung, dan pengarah. Allah ﷻ menegaskan dalam Al-Qur’an:

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (QS. An-Nisa: 34)

Ayah adalah pemimpin, dan kepemimpinannya bukan hanya soal duniawi—apakah keluarganya cukup makan, cukup pakaian, atau hidup berkecukupan. Tugas terbesarnya adalah memastikan keluarganya selamat di hadapan Allah, dijauhkan dari api neraka, dan digiring menuju surga.

 

Beban yang Tidak Ringan

Rasulullah ﷺ pernah bersabda:

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ayah adalah pemimpin rumah tangga. Ia akan ditanya tentang istrinya, tentang anak-anaknya, tentang apa yang ia ajarkan dan arahkan. Maka tanggung jawab seorang ayah bukan hanya memastikan dapur tetap berasap, tetapi juga memastikan hati-hati di rumahnya tetap terhubung dengan Allah.

 

Benar, Rasulullah ﷺ mengajarkan kita bahwa ibu memiliki kedudukan istimewa—disebutkan tiga kali dalam hadis tentang siapa yang paling berhak mendapat bakti seorang anak. Namun ketika nama ayah disebut sekali, itu bukan berarti posisinya lebih rendah. Sekali itu justru adalah simbol beban besar yang mengikat pundaknya: memastikan keluarganya berkumpul di surga.

 

Doa yang Tersembunyi

Seringkali doa seorang ayah tidak terdengar. Ia mungkin tidak meneteskan air mata di hadapan anak-anaknya, tapi hatinya menangis dalam sujud. Ia mungkin jarang mengucapkan kata-kata manis, tetapi diam-diam ia memohon pada Allah agar anak-anaknya menjadi orang shalih.

 

Doa seorang ibu memang lembut dan penuh kasih, namun doa seorang ayah memiliki kekuatan berbeda—lahir dari tanggung jawab, dari rasa khawatir, dari beban besar yang ia pikul.

 

Bayangkan, di malam ketika semua terlelap, ada seorang ayah yang masih terjaga, memikirkan masa depan anak-anaknya. Mungkin bukan masa depan dunia saja, tetapi masa depan akhirat mereka. Ia ingin anak-anaknya kelak menjadi orang yang bisa mendoakannya, sebagaimana sabda Nabi ﷺ:

“Apabila anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim, no. 1631)

Seorang ayah bekerja keras siang dan malam bukan hanya demi memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, tetapi agar ia bisa berdiri di hadapan Allah dengan tenang, seraya berkata: “Ya Rabb, aku telah berusaha menjaga amanah-Mu.”

 

Bunga, Doa, dan Jalan Menuju Surga

Kehidupan keluarga ibarat sebuah taman. Ibu adalah bunga yang mekar dengan keindahan kasih sayang. Anak-anak adalah tunas yang tumbuh membawa harapan masa depan. Sedangkan ayah adalah jalan setapak yang mengarahkan ke mana langkah keluarga itu akan pergi.

 

Jalan itu mungkin keras, berbatu, penuh duri, bahkan seringkali tak nyaman. Tapi tanpa jalan itu, keluarga tidak akan sampai ke tujuan. Ayah mungkin jarang diminta untuk dihormati dengan kata-kata manis, tetapi baktimu kepada ayah adalah bagian dari jalanmu menuju surga.

 

Rasulullah ﷺ pernah mengingatkan:

“Keridhaan Allah ada pada keridhaan orang tua, dan kemurkaan Allah ada pada kemurkaan orang tua.” (HR. Tirmidzi, no. 1899)

Maka, jangan biarkan ayahmu hanya dikenang sebagai bayangan masa lalu. Selagi ia masih ada, peluklah ia meski ia mungkin kaku. Doakan ia meski ia jarang memintanya. Ringankan langkahnya dengan baktimu, agar lelahnya tidak sia-sia.

 

Karena sejatinya, keberkahan keluarga tumbuh bukan hanya dari doa ibu yang penuh kasih, tetapi juga dari langkah ayah yang tegar dan doa-doa yang ia titipkan dalam diamnya.

 

Semoga kita semua bisa menjadi anak-anak yang shalih, yang kelak menjadi kebanggaan orang tua kita di dunia, dan menjadi penyelamat mereka di akhirat.