Antara Lezat dan Menakutkan: Fakta Kesehatan Daging Kambing

Daging kambing sering kali berada di persimpangan antara pujian dan kecurigaan. Di satu sisi, ia adalah sajian istimewa yang hadir dalam berbagai momen penting—dari perayaan Idul Adha hingga pesta pernikahan. Di sisi lain, daging kambing juga kerap dianggap sebagai pemicu berbagai penyakit, terutama hipertensi dan kolesterol tinggi. Tak heran jika sebagian orang merasa waswas saat menyantapnya. Tapi, benarkah daging kambing sebegitu menakutkannya? Mari kita telaah antara kenikmatan dan kecemasan dalam satu piring.

 

Mitos yang Terlanjur Mendarah Daging

Salah satu mitos paling populer tentang daging kambing adalah bahwa ia menjadi penyebab utama tekanan darah tinggi. Anggapan ini tersebar luas di masyarakat, bahkan hingga menjadi keyakinan umum. Selain itu, daging kambing juga sering dicap sebagai “daging panas” yang dapat memicu gangguan kesehatan seperti sariawan, jerawat, hingga mimisan. Label ini membuat banyak orang enggan mengkonsumsinya secara rutin, apalagi bagi mereka yang memiliki riwayat penyakit tertentu.

 

Namun pertanyaannya: dari mana asal mitos ini? Dan apakah ia memiliki dasar ilmiah?

 

Fakta Nutrisi: Daging Merah yang Tak Boleh Diremehkan

Bila ditelaah dari sisi ilmiah, daging kambing ternyata memiliki profil gizi yang cukup mengesankan. Dalam 100 gram daging kambing tanpa lemak, terkandung sekitar:

  • 122 kalori
  • 3 gram lemak jenuh
  • 23 gram protein berkualitas tinggi
  • Kandungan zat besi dan vitamin B12 yang penting untuk pembentukan sel darah merah
  • Kadar kolesterol lebih rendah dibandingkan daging sapi atau ayam dengan kulit

 

Dengan catatan pengolahan yang tepat, daging kambing justru dapat menjadi sumber protein hewani yang sehat dan bergizi. Kandungan lemak jenuhnya juga lebih rendah dibanding daging sapi, menjadikannya alternatif yang lebih baik bagi mereka yang ingin mengontrol berat badan atau kadar kolesterol.

 

Benarkah Memicu Hipertensi?

Penelitian menunjukkan bahwa daging kambing bukanlah penyebab langsung hipertensi. Yang lebih berperan adalah cara pengolahan dan konsumsi berlebihan. Misalnya, jika daging kambing dimasak dengan banyak garam, santan kental, atau digoreng berulang kali, maka tentu saja dampaknya terhadap tekanan darah akan berbeda dibanding jika daging dimasak dengan cara dibakar, direbus, atau dipanggang tanpa lemak tambahan.

 

Faktor lain yang juga memengaruhi adalah porsi konsumsi. Konsumsi daging secara berlebihan—apa pun jenisnya—bisa meningkatkan risiko penyakit metabolik. Namun jika dikonsumsi dalam porsi wajar dan seimbang dengan sayuran serta serat, dampaknya bisa diminimalkan.

 

Makanan Sunnah yang Dihindari?

Dalam Islam, Nabi Muhammad SAW tidak pernah mengharamkan daging kambing. Bahkan dalam beberapa hadis disebutkan bahwa beliau memakan daging kambing, termasuk bagian-bagian seperti bahu dan paha. Ini menunjukkan bahwa daging kambing bukanlah makanan yang mesti dihindari, melainkan makanan yang bisa dinikmati asal dalam kadar yang tidak berlebihan.

 

Prinsip wasathiyah (keseimbangan) dalam Islam sangat penting. Kita tidak dianjurkan berlebihan dalam makanan, tidak juga dilarang menikmatinya. Nabi bersabda:

Tidak ada wadah yang diisi oleh anak Adam yang lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap makanan untuk menegakkan tulang punggungnya.” (HR. Tirmidzi)

 

Cara Sehat Menikmati Daging Kambing

Untuk mengurangi risiko kesehatan, berikut beberapa tips sehat dalam mengolah dan menyantap daging kambing:

1. Pilih bagian yang rendah lemak, seperti has luar atau bagian paha.

2. Hindari memasak dengan banyak santan, minyak, atau garam.

3. Gunakan metode memasak sehat, seperti direbus, dikukus, atau dipanggang.

4. Padukan dengan sayuran dan buah-buahan untuk meningkatkan asupan serat dan antioksidan.

5. Batasi porsi, idealnya tidak lebih dari 100-150 gram per sajian.

 

Jangan Takut, Tapi Bijaklah

Daging kambing bukanlah musuh kesehatan seperti yang sering dipercaya. Sebaliknya, ia bisa menjadi bagian dari pola makan sehat jika dikonsumsi secara bijak. Mitos yang menakut-nakuti sering kali berangkat dari kurangnya pemahaman atau pengalaman negatif akibat pola konsumsi yang salah.

 

Maka, jangan takut menikmati kelezatan daging kambing. Nikmatilah dengan porsi cukup, cara masak yang sehat, dan pola hidup yang seimbang. Karena pada akhirnya, bukan jenis makanannya yang paling berbahaya—tetapi bagaimana kita mengelolanya.