Bahagia Menuntun Langkah Bersama: Catatan Amil Gen Z


Sewaktu kecil, aku tidak terpikiran sama sekali akan menjadi amil zakat, anak kecil pada umumnya hanya punya impian mau jadi polisi, dokter, tentara atau lainnya. Aku tumbuh berada di lingkungan yang bisa melihat kelompok masyarakat terpinggirkan atau tidak mendapatkan kesetaraan akses aspek kehidupan ditengah besarnya kota Jakarta.

 

Salah satu contohnya,  melihat seorang anak kecil yang sudah berusaha membantu memenuhi kebutuhan hidup orang tuanya dari angkutan umum satu ke lainnya, padahal di usia yang sama sepertiku seharusnya mereka bisa mencicipi bangku pendidikan dasar namun takdir bertolak belakang pada realita yang mereka hadapi. Banyak kejadian yang terekam jelas memperlihatkan status sosial ekonomi mereka yang tidak ideal di bawah garis kemiskinan.

 

Dulu aku tidak terlalu peka dengan realita kehidupan yang terjadi. Melihat teman-teman sebaya, ku anggap mereka hanya sebagai teman bermain dan seperti baik-baik saja. Ternyata dibalik itu ada yang mereka perjuangkan, ada yang merelakan cita-cita nya terkubur, ada yang mengalah, ada yang berusaha sekuat tenaga membalikkan kehidupan keluarganya agar lebih layak. Mereka semua itu mempunyai nafas harapan dibalik setiap langkah yang dilalui. Kesenjangan sosial menjadi PR kita bersama dalam mengentas kemiskinan dan ketidakseimbangan sumber daya yang tidak merata. Tidak harus menunggu uluran tangan dari orang lain, kesucian hati dan keikhlasan tangan kita membantu, bisa begitu sangat berarti melahirkan harapan itu kembali.

 

 

Saat menjadi mahasiswa aku sering bergabung dalam kegiatan sosial contohnya sewaktu aku menjadi relawan di Langkah Amanah. Mulai dari sana aku belajar menjadi kepribadian yang mengerti akan perasaan orang yang tidak bisa memenuhi kebutuhan. “Hati adalah kekuatan kehidupan” ungkapan yang aku temukan, lalu aku rangkai dalam sebuah kisah petualangan.

 

Sebagai generasi Z penerus bangsa, aku juga punya peran penting membawa napas baru bagi dunia zakat. Kreativitas dan inovasi menjadi bekal membagikan “bahagianya merayakan dampak” dengan merencanakan pesan kebaikan melalui konten digital adalah cara sederhana tapi mengena.


Kini, aku adalah seorang amil gen Z yang siap menebar “bahagianya merayakan dampak” dan siap menapaki jalan yang panjang penuh arti. Karena kalau bukan mulai dari diri sendiri, siapa lagi yang akan membuat orang lain tersenyum dan bersyukur.

 

Jalan ini yang mengajarkan aku bahwa kebaikan itu tidak dikekang oleh zaman. Setiap zaman ada orangnya, setiap orang ada zamannya kecuali merasakan “bahagianya merayakan dampak” bersama orang-orang terkasih. Bermula menjadi orang yang menyampaikan paket sembako kepada orang yang berhak menerima, bermain bersama anak yatim dhuafa, hingga hal termanis menyapa lansia di rumah-rumah kecil mereka.

Rasul pun mention dalam haditsnya “Barangsiapa yang memudahkan kesulitan orang lain, niscaya Allah akan memudahkan urusannya dunia dan akhirat”

jadi tidak perlu repot-repot menemukan alasan yang kuat kenapa kita harus tolong-menolong. Menjadi amil sebuah perjalanan menemukan hati, dimana kebahagiaan sejati lahir dari melihat senyuman orang lain. Amil gen z bukan sekedar mewarisi dunia digital, tapi juga mewarisi amanah untuk menebar kebaikan dengan cara yang baru hingga kini aku merasakan “bahagianya merayakan dampak”.

Faiz Ismail