Cahaya dari Cihideung: Ketulusan Guru Honorer yang Tak Pernah Padam

Kamis, 09 Oktober 2025 – Ada sesuatu yang berbeda di udara pagi itu, ketika tim Langkah Amanah menapakkan kaki di halaman kecil SDI Cihideung, Banten. Sekolah itu sederhana—dindingnya telah berumur, atapnya menua, dan beberapa meja belajar tampak retak di sudutnya. Namun dari setiap ruang kelas, terdengar suara lembut seorang guru yang sedang mengajar dengan penuh semangat. Tidak ada mikrofon, tidak ada pendingin ruangan. Hanya ada suara ilmu yang berpadu dengan keikhlasan.

 

Kunjungan kali ini bukan yang pertama. Sejak awal, kami percaya bahwa di balik kemajuan sebuah bangsa, selalu ada sosok guru yang berdiri kokoh di garis depan—meski seringkali tanpa sorotan, tanpa gaji yang memadai, tanpa penghargaan yang sepadan. Maka dari itu, bantuan berupa uang binaan kepada guru-guru honorer di SDI Cihideung kembali kami salurkan. Sebuah bentuk kecil dari rasa terima kasih atas pengabdian besar yang mereka lakukan setiap hari.

 

Namun yang paling berkesan dari perjalanan ini bukanlah jumlah bantuan yang diberikan, melainkan kisah dan semangat yang kami temui. Di balik wajah-wajah lelah para guru, tersimpan keteguhan hati yang sulit digambarkan. Salah satu guru, dengan mata berkaca-kaca, berkata lirih,

Kami tidak bisa menutup mata pada keadaan anak-anak di sini. Kalau bukan kami yang mengajar, siapa lagi? Meski gaji kami tak sampai standar daerah, kami tetap ingin berjuang agar mereka bisa membaca, menulis, dan bermimpi.”

Kalimat itu menancap dalam, seperti cahaya kecil yang menembus kabut. Ia mengingatkan kita bahwa tidak semua orang bekerja demi angka di rekening, sebagian bekerja karena cinta—cinta kepada ilmu, cinta kepada generasi, dan cinta kepada Tuhannya.

 

Mereka adalah potret sejati dari ayat Allah:

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104)

Mengajar bukan sekadar profesi. Bagi mereka, mengajar adalah ibadah. Setiap huruf yang mereka ajarkan, setiap keringat yang menetes di ruang kelas, menjadi saksi pengorbanan di jalan ilmu. Mereka tidak menuntut kemewahan, cukup melihat murid-muridnya tersenyum saat bisa membaca Al-Qur’an dengan lancar atau berhitung tanpa ragu. Itulah kebahagiaan sejati mereka.

 

 

Kami pun diajak berkeliling sekolah, melihat ruang-ruang kelas yang masih memerlukan perbaikan. Ada papan tulis yang mulai pudar, jendela yang sulit ditutup rapat, dan perpustakaan kecil yang rak bukunya hampir kosong. Namun, di tengah segala keterbatasan itu, kami melihat anak-anak yang berlari riang, menyambut guru mereka dengan sapaan penuh hormat. Sungguh, betapa besar makna yang tersembunyi di balik kesederhanaan itu.

 

Rasulullah ﷺ pernah bersabda:

Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)

Dan di sinilah kami menyaksikan wujud nyata sabda itu—para guru yang mengajarkan ilmu dengan penuh cinta dan sabar, meski mungkin dunia tidak menaruh banyak perhatian pada mereka.

 

Langkah Amanah hadir bukan sekadar untuk menyalurkan bantuan materi, tetapi juga untuk menyalakan semangat dan menguatkan perjuangan para pendidik seperti mereka. Kami ingin mereka tahu: mereka tidak sendirian. Ada banyak hati yang peduli, ada banyak tangan yang ingin menggandeng mereka berjalan bersama dalam misi mulia mencerdaskan bangsa.

 

Sore itu, sebelum kami berpamitan, salah satu guru menatap langit senja dan berkata pelan,

Kami tidak tahu apakah perjuangan kami akan dikenang. Tapi kami yakin, Allah Maha Melihat.”

Ucapan itu menutup perjalanan kami dengan hening yang penuh makna. Karena benar—mereka mungkin tidak dikenal oleh banyak orang, tapi nama mereka tercatat di langit sebagai para pejuang yang menyalakan obor ilmu di tengah kegelapan zaman.

 

Semoga setiap huruf yang mereka ajarkan menjadi pahala tanpa batas, setiap langkah menuju kelas menjadi saksi di hari akhir, dan setiap murid yang berhasil mereka bimbing menjadi amal jariyah yang terus mengalir.

 

Langkah Amanah akan terus membersamai perjuangan para guru honorer di pelosok negeri. Karena kami percaya, di tangan merekalah masa depan bangsa ini sedang disusun—bukan dengan kemewahan, tapi dengan ketulusan dan doa yang tak pernah putus.

 

Cahaya dari Cihideung tidak akan padam, selama masih ada guru-guru yang mengajar dengan hati.