Bantu Bude Darsinah, Lansia Pemilik Warung Tak Layak untuk Hidup Lebih Layak
Di sudut kecil sebuah gang sempit di pinggiran kota, berdiri sebuah meja kayu tua dan etalase mungil itulah warung Bude Darsinah, satu-satunya sumber penghasilan utama untuk beliau dan suaminya, Pak Warsidi.
Bude Darsinah, 67 tahun, menjalani hari-harinya dengan tekun melayani pembeli di warung kecil di depan rumah kontrakannya. Namun jangan bayangkan warung ini seperti warteg yang biasa kita temui. Hanya ada beberapa pilihan lauk sederhana: tahu goreng, tempe, sambal seadanya. Semua disajikan dengan cinta, tapi juga dengan keterbatasan yang nyata. Warung ini bukanlah usaha kuliner, tapi upaya untuk bertahan hidup.
Setiap hari, beliau harus memutar otak untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga. Uang hasil warung kerap tidak cukup bahkan untuk membeli beras dan minyak goreng. Hidup dijalani dari hari ke hari, dengan harapan esok bisa lebih baik.
Pak Warsidi, sang suami, yang kini berusia 68 tahun, membantu sebisanya dengan berjualan jahe di dekat rumah. Namun kondisi fisiknya sudah jauh menurun. Kakinya tak lagi kuat menempuh jarak jauh, dan tubuhnya cepat lelah. Beban hidup pun kini lebih banyak dipanggul oleh Bude Darsinah seorang diri.
Rumah kontrakan tempat mereka tinggal pun bukan milik sendiri. Dibangun dari kayu oleh gotong royong warga dan Pak RT, rumah ini tetap harus dibayar sewa tiap bulan. Dindingnya mulai lapuk, langit-langitnya memperlihatkan bekas bocor, dan udara lembab menyelimuti seluruh ruangan. Di dalamnya, berbagai barang lama tertumpuk, bukan karena enggan mengganti, tapi karena memang tak sanggup membeli yang baru.
Bude Darsinah bukan hanya butuh bantuan materi, tapi juga harapan. Harapan bahwa diluar sana masih ada yang peduli. Bantuan yang diberikan tidak hanya akan meringankan beban ekonomi, tapi juga menjadi pengingat bahwa beliau tidak sendiri.
Belum ada Fundraiser
Menanti doa-doa orang baik