Dari Pisau hingga Doa: Tata Cara Penyembelihan Hewan yang Benar

Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh. Setiap aspek kehidupan manusia, sekecil apa pun, telah diatur dengan hikmah dan kasih sayang oleh syariat-Nya. Termasuk dalam hal yang mungkin tampak sebagai urusan teknis belaka, seperti menyembelih hewan. Di balik tindakan yang terlihat sederhana ini, terdapat nilai-nilai yang sangat dalam: ketundukan kepada Allah, penghormatan terhadap makhluk-Nya, serta etika dalam memperlakukan makhluk hidup.

 

Penyembelihan hewan bukan hanya soal memenuhi kebutuhan konsumsi. Dalam Islam, ia adalah ibadah yang dimulai dari niat dan diiringi oleh adab serta tata cara yang dituntunkan langsung oleh Rasulullah ﷺ. Bahkan, sampai kepada jenis pisau yang digunakan, posisi hewan saat disembelih, hingga lafadz yang diucapkan pun diatur agar proses tersebut tidak hanya sah secara syariat, tetapi juga lembut secara rohani dan penuh rahmat.

 

Sayangnya, tidak sedikit kaum Muslimin yang belum memahami secara utuh bagaimana tata cara menyembelih hewan yang benar menurut Islam. Ada yang melakukannya sekadar ikut-ikutan, ada pula yang menganggapnya sebagai kebiasaan tanpa menyadari bahwa ini bagian dari ibadah yang membutuhkan ilmu. Padahal, salah satu bentuk ketakwaan adalah menjalankan perintah Allah dengan ilmu dan penghayatan.

 

Artikel ini hadir untuk mengingatkan kembali bahwa menyembelih hewan bukan sekadar tindakan memotong leher hewan, tetapi sebuah proses yang harus dijalani dengan ilmu, adab, dan kesadaran akan tanggung jawab kita sebagai khalifah di muka bumi. Dari alat yang digunakan hingga doa yang diucapkan, semua memiliki makna dan tuntunan yang tidak boleh diabaikan.

 

1. Niat dan Kesadaran dalam Ibadah

Segala amal dalam Islam dimulai dengan niat. Begitu pula penyembelihan hewan. Niat ini bukan sekadar formalitas, melainkan kesadaran bahwa apa yang dilakukan adalah ibadah kepada Allah, bukan karena adat, budaya, atau bisnis semata.

 

Sebagaimana sabda Nabi ﷺ:

“Sesungguhnya segala amal itu tergantung pada niat…” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ketika seorang Muslim menyembelih hewan, ia berniat melakukannya demi Allah: untuk makan, berkurban, atau memenuhi kebutuhan hidup dengan cara yang halal. Tanpa niat karena Allah, ibadah penyembelihan bisa kehilangan maknanya.

 

2. Memilih Hewan yang Layak Disembelih

Islam memberi perhatian terhadap kondisi hewan yang akan disembelih. Hewan itu harus:

  • Termasuk hewan yang halal dimakan (seperti sapi, kambing, ayam, unta).
  • Sehat jasmani, tidak buta, pincang, atau sakit parah.
  • Sudah cukup umur, terutama untuk hewan kurban.

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Ada empat cacat yang tidak boleh terdapat pada hewan kurban: buta sebelah yang jelas kebutaannya, sakit yang jelas sakitnya, pincang yang jelas pincangnya, dan kurus yang tidak berlemak.” (HR. Abu Daud dan An-Nasa’i)

 

3. Menyiapkan Alat yang Tajam

Pisau atau alat penyembelih harus tajam. Ini bukan semata soal efisiensi, tapi demi mengurangi penderitaan hewan. Dalam hadis yang sangat terkenal, Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

“Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat ihsan (baik) dalam segala hal. Jika kalian membunuh, maka lakukan dengan cara yang baik. Jika kalian menyembelih, maka lakukanlah dengan cara yang baik. Hendaklah salah seorang di antara kalian menajamkan pisaunya dan membuat nyaman hewan sembelihannya.” (HR. Muslim)

Pisau yang tumpul menyakitkan bagi hewan, dan bertentangan dengan prinsip rahmat dalam Islam.

 

4. Posisi Hewan dan Perlakuan Sebelum Penyembelihan

Hewan harus diperlakukan dengan lembut. Tidak boleh disiksa, ditarik secara kasar, atau dibuat ketakutan. Posisi hewan ketika disembelih adalah dibaringkan dengan sisi kiri ke bawah dan diarahkan ke kiblat.

 

Rasulullah ﷺ meneladankan adab ini saat menyembelih hewan kurban. Dalam hadis disebutkan:

“Nabi ﷺ menghadapkan hewan kurbannya ke kiblat dan menyembelihnya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)

 

5. Mengucapkan Basmalah dan Takbir

Ketika pisau telah siap dan hewan dalam posisi yang benar, penyembelih harus mengucapkan:

“Bismillah, Allahu Akbar.”
(Dengan nama Allah, Allah Maha Besar)

Ini bukan hanya formalitas, tapi bentuk tazkiyah (penyucian) terhadap hewan. Allah berfirman:

“Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan itu adalah kefasikan.” (QS. Al-An’am: 121)

 

6. Penyembelihan: Memutus Saluran yang Ditetapkan

Penyembelihan yang sah dalam Islam harus memutus minimal tiga dari empat saluran di leher hewan:

  1. Al-hulqum (saluran pernapasan)
  2. Al-mari’ (saluran makanan)
  3. Dua pembuluh darah (vena dan arteri utama)

Proses ini harus cepat dan tidak boleh menyiksa. Hewan harus benar-benar mati sebelum dikuliti atau dipotong.

 

7. Setelah Penyembelihan: Memastikan Adab dan Kebersihan

Setelah hewan mati, proses berikutnya adalah menguliti dan memotong bagian-bagian tubuhnya. Namun hal ini harus dilakukan dengan memperhatikan kebersihan dan adab:

  • Jangan menguliti hewan sebelum benar-benar mati.
  • Jangan memotong bagian tubuh saat hewan masih bergerak karena belum mati sempurna.
  • Pastikan darah mengalir keluar dengan sempurna sebagai bagian dari tazkiyah.

 

8. Etika dan Spiritualitas di Balik Penyembelihan

Islam mengajarkan bahwa menyembelih hewan adalah amanah. Hewan itu adalah makhluk Allah yang diciptakan untuk menjadi rezeki bagi manusia. Karena itu, penyembelihan harus disertai dengan rasa syukur dan tanggung jawab.

 

Setiap daging yang kita makan dari sembelihan yang benar, menjadi barakah. Tapi jika penyembelihan dilakukan secara zalim, atau tanpa adab, bisa jadi membawa dosa dan kesengsaraan.

 

Menyembelih dengan Hati yang Tunduk

Dari pisau yang tajam hingga doa yang dilantunkan, penyembelihan hewan dalam Islam bukan sekadar ritual, tapi wujud ketaatan kepada Allah dan kasih sayang terhadap ciptaan-Nya. Ketika kita memahami ilmunya, menghayati adabnya, dan melakukannya dengan benar, maka aktivitas ini menjadi bagian dari ibadah yang mendekatkan kita kepada-Nya.

 

Semoga Allah menerima amal penyembelihan kita, menjadikannya jalan rezeki yang halal dan berkah, serta sarana mendidik hati kita untuk senantiasa hidup dalam kepatuhan kepada syariat-Nya.