Dekat dengan Allah: Jalan Menuju Bahagia dan Sukses yang Sesungguhnya

Sering kali kita mengukur kebahagiaan dan kesuksesan dari apa yang tampak di mata: harta yang melimpah, jabatan yang tinggi, rumah yang megah, atau pencapaian-pencapaian duniawi lainnya. Namun, di balik senyum yang kita tampilkan, terkadang ada kegelisahan yang tak pernah padam. Hati terasa hampa meski dunia seolah berada dalam genggaman. Kita merasa punya banyak hal, tapi ternyata kita masih kekurangan sesuatu yang paling penting: rasa memiliki Allah dalam hati.

 

Mungkin selama ini kita terlalu sibuk mengejar dunia, hingga lupa menoleh kepada Sang Pemilik dunia. Kita merasa usaha sudah maksimal, doa pun sering terucap, tapi hasil yang datang belum sesuai dengan harapan. Kita bertanya-tanya, “Kenapa aku belum juga bahagia? Mengapa sukses seakan menjauh dariku?” Jawabannya bisa jadi sederhana: karena Allah sedang ingin kita kembali kepada-Nya, lebih dekat, lebih taat, dan lebih tulus dalam menyerahkan diri.

 

Bahagia Bukan Sekadar Materi

Allah mengingatkan dalam Al-Qur’an:

(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)

Kebahagiaan sejati bukanlah sekadar tumpukan kekayaan atau pencapaian besar yang dibanggakan di hadapan manusia. Bahagia adalah ketika hati merasa cukup bersama Allah. Bahagia adalah ketika kita bisa tidur dengan tenang meski mungkin isi dompet sederhana, karena yakin rezeki Allah tak pernah terlambat. Bahagia adalah ketika air mata yang jatuh dalam doa justru menghadirkan kekuatan baru untuk terus melangkah.

 

Sukses yang Sesungguhnya

Sukses di mata manusia sering kali diukur dari apa yang terlihat. Namun sukses di sisi Allah lebih tinggi nilainya, lebih abadi, dan tidak pernah mengecewakan. Rasulullah ﷺ bersabda:

Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang cukup, dan Allah menjadikannya merasa puas dengan apa yang diberikan kepadanya.” (HR. Muslim)

Artinya, sukses yang sesungguhnya adalah ketika iman tertanam kuat, rezeki yang halal cukup untuk menutup kebutuhan, dan hati ikhlas menerima apa pun yang Allah takdirkan. Itulah puncak dari kesuksesan, meski mungkin dunia tidak menilainya demikian.

 

Mungkin Allah Rindu Didatangi

Ketika doa-doa kita belum terkabul, ketika jalan terasa buntu, jangan buru-buru berputus asa. Bisa jadi Allah sedang merindukan kita untuk lebih lama bersimpuh dalam sujud, lebih sering mengetuk pintu-Nya dengan doa, atau lebih tulus mengingat-Nya dalam setiap langkah.

 

Allah tidak pernah menolak doa hamba-Nya. Ia hanya memilih waktu terbaik, cara terbaik, dan hasil terbaik. Yang perlu kita lakukan hanyalah mendekat—mendekat dengan taubat, mendekat dengan ibadah, mendekat dengan hati yang penuh tawakal.

 

Merasa Punya Allah

Kadang kita merasa memiliki banyak hal: pekerjaan, keluarga, harta, atau relasi. Tapi semua itu bisa hilang sekejap mata. Jika hanya bergantung pada dunia, hati akan mudah goyah. Namun, jika kita merasa memiliki Allah, maka kita memiliki segalanya. Dunia mungkin tak selalu berpihak, tapi bersama Allah, hati tetap kuat dan hidup tetap berarti.

 

Jika selama ini kita belum merasakan bahagia, belum juga mencapai sukses, atau hidup terasa jauh dari yang diharapkan, mungkin inilah saatnya untuk menengok ke dalam hati: sudahkah kita benar-benar dekat dengan Allah? Sebab, sejauh apa pun langkah kita mengejar dunia, tanpa Allah di hati, semua terasa hampa. Tapi bersama Allah, setiap jalan akan terasa lapang, setiap masalah terasa ringan, dan setiap harapan menemukan makna.