Delegasi Indonesia Global Peace Convoy (IGPC) resmi diberangkatkan secara bergelombang menuju Tunisia. Keberangkatan ini menjadi bagian dari ikhtiar besar bangsa Indonesia untuk bergabung dengan Global Sumud Flotilla (GSF), sebuah misi kemanusiaan lintas negara yang bertekad menembus blokade laut Gaza.
“Ini bukan pelayaran biasa. Ini adalah pelayaran kemanusiaan untuk menyudahi genosida dan pelaparan di Bumi Gaza yang sudah hampir dua tahun berlangsung,” tegas Koordinator IGPC, Muhammad Husein, di Bandara Soekarno Hatta, Senin (1/9/2025).
Menurutnya, delegasi IGPC terdiri dari berbagai unsur: aktivis kemanusiaan, relawan, tim medis, hingga jurnalis yang siap mengabadikan dan menyuarakan kebenaran. Mereka bukan hanya membawa misi kemanusiaan, melainkan juga amanah jutaan rakyat Indonesia yang setiap hari menitikkan doa untuk Palestina.
Keberangkatan ini menandai langkah penting dalam upaya solidaritas global. Rute pelayaran GSF akan menempuh jalur strategis di Laut Mediterania, dimulai dari Pelabuhan Barcelona (Spanyol), Pelabuhan Roma (Italia), hingga Pelabuhan Tunis (Tunisia). Dari titik itulah armada kemanusiaan internasional akan diarahkan menuju pantai Gaza, dengan risiko besar menghadapi intimidasi dan ancaman blokade militer Israel.
Bagi para relawan, risiko itu bukanlah alasan untuk mundur. Justru di situlah makna sejati dari kata sumud—keteguhan hati untuk bertahan demi kebenaran. “Kita ingin dunia melihat, bahwa ada bangsa-bangsa yang tidak rela Palestina terus dibiarkan menderita. Kita ingin suara hati nurani umat manusia bersatu melawan kezaliman,” tambah Muhammad Husein.
Misi ini lahir dari kegelisahan dunia internasional atas tragedi panjang yang menimpa rakyat Gaza. Blokade laut dan darat telah memutus akses bantuan kemanusiaan, membuat jutaan warga Palestina terjebak dalam kelaparan, krisis medis, serta kehilangan tempat tinggal. Anak-anak yang seharusnya tumbuh dengan tawa dan pendidikan, justru tumbuh dengan trauma dan air mata.
Keikutsertaan Indonesia dalam armada ini bukan semata urusan politik, tetapi panggilan nurani. Sebab sejak lama, rakyat Indonesia menempatkan Palestina dalam hati sebagai bagian dari persaudaraan iman dan kemanusiaan. Di setiap doa, di setiap khutbah, bahkan di setiap aksi jalanan, nama Palestina selalu hadir sebagai pengingat bahwa masih ada bangsa yang menunggu uluran tangan dunia.
“Mari kita doakan bersama, semoga misi ini tercapai sesuai dengan cita-cita bersama, yakni memerdekakan bangsa Palestina dan membebaskan Masjid Al Aqsha,” harapnya penuh keyakinan.
Bagi IGPC, setiap langkah menuju Tunisia adalah langkah kecil menuju sebuah cita-cita besar: hadir di garis depan perjuangan Palestina. Di antara mereka ada yang meninggalkan keluarga, pekerjaan, dan kenyamanan hidup. Namun mereka yakin, bahwa pengorbanan sekecil apa pun untuk Palestina akan selalu bernilai besar di sisi Allah dan di mata sejarah.
Misi Global Sumud Flotilla ini menjadi saksi bahwa solidaritas tak bisa dibatasi blokade, dan cinta kemanusiaan tak bisa dihalangi tembok atau pagar kawat berduri. Laut Mediterania yang mereka arungi bukan sekadar lautan biru, tetapi menjadi saksi bisu keteguhan hati bangsa-bangsa yang menolak menyerah pada kezaliman.
Semoga ketika armada ini sampai di tepi Gaza, dunia akan menyadari bahwa perjuangan membela Palestina bukan hanya milik rakyat Palestina, tetapi milik seluruh umat manusia. Dan semoga pula, nama Indonesia tercatat sebagai bangsa yang selalu setia berdiri di barisan terdepan dalam memperjuangkan kemerdekaan mereka.