Di dunia yang kian sibuk dan bising oleh hiruk-pikuk kehidupan modern, ada sekelompok manusia yang bekerja dalam diam, dengan hati yang lembut dan tangan yang sigap. Mereka hadir di antara kita, menyambut setiap keluhan dengan sabar, menyeka air mata kesakitan tanpa pamrih, dan tetap tersenyum meski beban mereka berat: mereka adalah para perawat.
Setiap tanggal 12 Mei, dunia memperingati Hari Perawat Internasional. Namun bagi umat Islam, memaknai profesi perawat tidak cukup dengan penghargaan lahiriah saja. Dalam pandangan Islam, merawat orang sakit bukan hanya tugas profesional, tetapi amal shaleh yang bernilai besar di sisi Allah ﷻ. Ia bagian dari sedekah yang tak kasat mata, bagian dari jihad kemanusiaan yang sering luput dari pujian dunia.
Siti: Seragam Putih, Hati yang Jernih
Siti bukan nama sebenarnya. Ia adalah seorang perawat Muslimah di rumah sakit umum daerah. Setiap pagi sebelum mengenakan seragam putihnya, ia memanjatkan doa:
“Ya Allah, jadikan setiap langkahku hari ini sebagai amal yang Engkau ridhoi. Lapangkan hatiku untuk sabar, kuatkan tubuhku untuk menolong.”
Bagi Siti, seragam putihnya bukan sekadar pakaian kerja. Ia adalah simbol tanggung jawab dan amanah. Di balik senyumannya yang tenang, ia menyimpan tangis dan letih. Namun, ia belajar dari Rasulullah ﷺ, yang mengajarkan bahwa
Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesama. (HR. Thabrani)
Ia pernah bercerita tentang seorang pasien lansia yang setiap malam menangis karena kesepian. Anak-anaknya jarang menjenguk. Siti tahu bahwa yang dibutuhkan bukan hanya suntikan atau infus, tapi sentuhan kemanusiaan. Maka ia mendekat, menggenggam tangan pasien itu, dan membacakan surah Yasin perlahan. “Saya bukan ustazah,” katanya, “tapi saya tahu bahwa bacaan Al-Qur’an bisa menjadi obat bagi hati yang gundah.”
Perawat dalam Perspektif Islam: Antara Amanah dan Ibadah
Profesi perawat adalah ladang amal yang sangat luas. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barangsiapa yang meringankan beban saudaranya di dunia, Allah akan meringankan bebannya di akhirat.” (HR. Muslim)
Bukankah tugas merawat orang sakit adalah bentuk nyata meringankan beban orang lain? Bahkan Rasulullah ﷺ sendiri pernah menengok orang sakit dan mendoakan kesembuhan baginya. Maka mengikuti jejak itu, para perawat sejatinya sedang meniti jalan sunnah Nabi.
Islam sangat menghargai niat. Dalam hadis pertama dari Arbain Nawawi, Nabi ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya setiap amal tergantung pada niatnya…” (HR. Bukhari dan Muslim)
Bila seorang perawat mengawali harinya dengan niat ikhlas karena Allah, maka setiap tetes keringatnya, setiap langkah menuju bangsal, bahkan senyum tulus kepada pasien, semua itu bernilai ibadah.
Tantangan yang Tak Tampak di Mata Dunia
Namun jalan mereka tidak mudah. Siti bercerita bagaimana saat pandemi melanda, ia harus tinggal di rumah sakit selama berminggu-minggu. Anak-anaknya hanya bisa ia lihat lewat video call. Saat malam tiba dan ia menangis karena rindu, ia teringat doa Nabi Ayub ‘alaihissalam dalam kesakitan:
“Rabbi innī massaniyaḍ-ḍurru wa anta ar-ḥamur-rāḥimīn.”
(Ya Rabbku, sungguh aku telah ditimpa musibah, dan Engkaulah yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.) (QS. Al-Anbiya: 83)
Ayat itu menjadi penguat hatinya. Ia sadar bahwa dalam sabarnya, Allah sedang menaikkan derajat. Dalam lelahnya, Allah sedang menghapus dosa. Dalam tangisnya, Allah sedang membuka pintu-pintu rahmat.
Para perawat kerap menghadapi pasien yang kasar, keluarga pasien yang emosional, atau bahkan rekan sejawat yang kurang menghargai. Namun ia memilih diam dan bersabar, karena ia percaya pada janji Allah:
“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 153)
Mereka yang Tak Tercatat Tapi Dicatat
Kita sering mengagumi tokoh-tokoh besar yang disebut sejarah. Tapi perawat? Mereka adalah pahlawan yang tidak masuk buku teks sekolah, tapi nama mereka dicatat malaikat di langit. Setiap luka yang mereka rawat, setiap nyawa yang mereka bantu selamatkan, setiap doa yang tulus mereka panjatkan di samping pasien—semua menjadi catatan amal yang tak terhapus.
Bahkan ketika pasien sudah pulang dan melupakan wajah perawat yang menemaninya, Allah tidak pernah lupa. Karena amal yang dilakukan dalam sembunyi, dengan ikhlas, justru lebih mulia di sisi-Nya.
Hormati Mereka, Doakan Mereka
Hari Perawat Internasional bukan hanya tentang memberi bunga atau mengucap terima kasih. Ia adalah momen untuk kita merenung: sudahkah kita cukup menghargai mereka? Sudahkah kita menyadari betapa besarnya jasa mereka dalam hidup kita?
Mari kita doakan perawat-perawat kita, saudara-saudara kita yang diam-diam menjadi penyambung hidup, penyembuh luka, dan penjaga harapan. Semoga Allah memberkahi langkah mereka, menguatkan tubuh dan jiwa mereka, serta menjadikan profesi mereka sebagai jalan menuju surga.
Karena di balik senyuman dan seragam putih itu, tersembunyi hati yang lembut, tangan yang cekatan, dan jiwa yang terus berharap ridho Tuhan.