Doa Seorang Perempuan: Menjadi Teduh, Tenang, Kuat, dan Pemaaf

“Ya Allah, jadikanlah aku perempuan yang teduh, tenang dan kuat. Jadikanlah aku perempuan pemaaf dan mampu menghapus segala rasa kecewa di hati.”

Doa yang singkat ini sesungguhnya adalah permohonan yang begitu agung. Di balik kata-katanya yang sederhana, tersimpan sebuah perjalanan hati menuju keteduhan, ketenangan, kekuatan, dan kelapangan untuk memaafkan. Tidak semua orang mampu memintanya, karena doa ini adalah tanda kerendahan hati dan kesungguhan untuk memperbaiki diri di hadapan Allah.

 

Menjadi Perempuan yang Teduh

Perempuan yang teduh adalah sosok yang menghadirkan kesejukan bagi siapa pun yang ada di dekatnya. Ia bukan hanya menenangkan dengan kata-kata, tapi juga dengan sikap, doa, dan kelembutan hatinya.

 

Keteduhan ini kita lihat dalam diri Sayyidah Khadijah radhiyallahu ‘anha. Beliau adalah pendamping setia Rasulullah ﷺ, yang selalu meneduhkan hati beliau di saat semua orang meragukan dakwahnya. Ketika Nabi pulang dengan hati gemetar setelah menerima wahyu pertama, Khadijah tidak menghakimi, tidak pula menambah beban, melainkan berkata dengan lembut:

“Tenanglah, demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu. Engkau selalu menyambung silaturahmi, menolong orang yang kesusahan, memuliakan tamu, dan membantu orang-orang yang tertimpa musibah.”

Kalimat teduh itu bukan hanya menenangkan hati Nabi, tapi juga menjadi bukti bagaimana keteduhan seorang perempuan bisa menjadi sumber kekuatan besar bagi orang lain.

 

Menjadi Perempuan yang Tenang

Perempuan yang tenang bukan berarti tidak pernah goyah. Ia tetap bisa merasakan sedih, takut, dan khawatir. Namun, hatinya selalu kembali pada Allah.

 

Keteladanan ini tampak dalam diri Asiyah binti Muzahim, istri Firaun. Meski hidup dalam istana penuh kemewahan, ia tidak terpedaya dengan dunia. Ia tetap beriman kepada Allah meskipun suaminya mengaku sebagai tuhan.

 

Doanya yang diabadikan Allah dalam Al-Qur’an begitu agung:

“Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu di dalam surga, dan selamatkanlah aku dari (kezaliman) Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.” (QS. At-Tahrim: 11)

Tenanglah hati Asiyah, meski tubuhnya disiksa. Karena ia tahu bahwa surga menantinya. Inilah tenang yang lahir dari keyakinan yang kuat kepada Allah.

 

Menjadi Perempuan yang Kuat

Kekuatan seorang perempuan tidak selalu terlihat dari fisiknya, tetapi dari bagaimana ia menghadapi ujian hidup.

 

Lihatlah Maryam binti Imran. Seorang wanita suci yang harus menanggung fitnah besar ketika melahirkan Nabi Isa tanpa seorang suami. Betapa berat ujian yang ia pikul—ia harus menghadapi pandangan manusia yang penuh prasangka. Namun, ia tetap sabar dan bersandar penuh kepada Allah.

 

Allah mengabadikan keteguhannya dalam firman-Nya:

“Maka ia mengandungnya, lalu menyisih dengan kandungannya ke tempat yang jauh. Kemudian rasa sakit akan melahirkan memaksanya (bersandar) pada pangkal pohon kurma, ia berkata: ‘Wahai Tuhanku, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak diperhatikan dan dilupakan.’ Maka (Jibril) menyerunya dari tempat yang rendah: ‘Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu’.” (QS. Maryam: 22-24)

Kekuatan Maryam adalah kekuatan iman. Meski merasa rapuh, ia tetap mengandalkan Allah, dan Allah pun meneguhkan hatinya.

 

Menjadi Perempuan yang Pemaaf

Di antara semua sifat mulia, memaafkan adalah yang paling sulit. Sebab memaafkan membutuhkan jiwa yang besar. Namun perempuan yang mampu memaafkan akan selalu dijaga hatinya oleh Allah.

 

Memaafkan tidak menjadikan kita lemah. Justru Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa memaafkan adalah tanda kemuliaan. Beliau sendiri adalah teladan terbesar. Saat Fathu Makkah, ketika beliau memiliki kesempatan untuk membalas semua keburukan Quraisy yang pernah menyakitinya, beliau justru berkata:

“Pergilah, kalian bebas.”

Jika Rasulullah saja mampu memaafkan musuh yang dahulu menyiksanya, bagaimana mungkin kita tidak belajar untuk memaafkan sesama hamba Allah?

 

Menghapus Segala Rasa Kecewa di Hati

Kecewa adalah hal yang manusiawi. Namun doa ini mengajarkan agar kita tidak membiarkan kecewa berlarut-larut. Karena hati yang penuh kecewa tidak akan pernah benar-benar damai.

 

Menghapus kecewa berarti meyakini bahwa segala sesuatu sudah diatur Allah dengan bijaksana. Orang yang melukai kita hanyalah bagian dari ujian. Dan setiap ujian pasti ada hikmahnya.

 

Perjalanan Seorang Perempuan

Menjadi perempuan yang teduh, tenang, kuat, dan pemaaf bukanlah sesuatu yang instan. Ia adalah perjalanan seumur hidup, perjalanan yang penuh doa, tangis, kesabaran, dan pengharapan.

 

Namun, yakinlah, setiap langkah menuju sifat-sifat mulia ini akan selalu Allah nilai sebagai amal yang agung. Dan pada akhirnya, seorang perempuan yang berdoa dengan tulus seperti ini akan menjadi pribadi yang dicintai Allah, meneduhkan bumi, dan dirindukan penduduk langit.