Makan dan minum adalah kebutuhan dasar setiap manusia, namun dalam Islam, keduanya bukan sekadar urusan perut. Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa makan bisa menjadi ibadah jika dilakukan dengan adab dan niat yang benar. Mulai dari menyebut nama Allah, duduk dengan tenang, makan dengan tangan kanan, hingga bersyukur setelah kenyang—semua itu adalah sunnah yang tampak sederhana, namun penuh hikmah.
Di tengah gaya hidup modern yang serba cepat, sering kali kita lupa bahwa bahkan suapan demi suapan pun memiliki aturan dan tuntunan. Rasulullah ﷺ tidak hanya mengajarkan kita bagaimana beribadah di masjid, tetapi juga bagaimana bersikap di meja makan. Artikel ini akan mengajak kita untuk menghidupkan kembali sunnah Rasul dalam hal makan dan minum—agar setiap aktivitas harian yang tampak biasa, menjadi luar biasa di sisi Allah.
Makan Adalah Nikmat, Maka Mulailah dengan Nama Allah
Satu dari sekian banyak sunnah yang diajarkan Rasulullah ﷺ adalah memulai makan dengan menyebut nama Allah. Beliau bersabda:
“Jika salah seorang di antara kalian makan, maka hendaklah ia menyebut nama Allah. Jika ia lupa menyebut nama Allah di awal, maka hendaklah ia mengucapkan: Bismillah awwalahu wa akhirahu.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Mengapa penting? Karena dengan menyebut nama Allah, kita menyadari bahwa makanan itu adalah karunia dari-Nya. Kita tidak sedang sekadar menyuap nasi ke mulut, tapi sedang menikmati rezeki yang dititipkan oleh Allah dengan cara yang penuh rasa syukur.
Duduk Saat Makan: Simbol Kerendahan dan Ketertiban
Salah satu adab makan yang jarang disadari adalah posisi duduk saat makan. Rasulullah ﷺ tidak pernah makan sambil berdiri. Dalam sebuah riwayat disebutkan:
“Aku tidak makan sambil bersandar.” (HR. Bukhari)
Riwayat lain menjelaskan bahwa beliau biasa makan dalam keadaan duduk bersila atau jongkok dengan tubuh condong sedikit ke depan. Posisi ini menunjukkan sikap tawadhu (rendah hati), serta membantu pencernaan karena lebih rileks dan tenang.
Di zaman modern, banyak dari kita makan sambil berdiri, sambil berjalan, atau bahkan sambil mengemudi. Praktik ini tak hanya kurang sopan, tapi juga bertentangan dengan adab yang telah diajarkan Rasulullah ﷺ.
Makan dengan Tangan Kanan: Bukan Sekadar Kebiasaan
Rasulullah ﷺ sangat menekankan pentingnya makan dan minum dengan tangan kanan. Beliau bersabda:
“Jika salah seorang di antara kalian makan, maka makanlah dengan tangan kanannya, dan jika minum, minumlah dengan tangan kanannya. Karena setan makan dan minum dengan tangan kirinya.” (HR. Muslim)
Ini bukan sekadar perkara fisik, tapi menyangkut ketaatan dan kehormatan. Dalam Islam, tangan kanan adalah simbol kebaikan, sementara tangan kiri digunakan untuk perkara yang bersifat kebersihan pribadi. Bahkan dalam hal-hal kecil seperti ini, Islam menanamkan kesadaran akan etika dan nilai.
Tidak Mencela Makanan, Meski Tidak Suka
Adab lain yang sangat ditekankan oleh Rasulullah ﷺ adalah tidak mencela makanan. Beliau tidak pernah mencela makanan, sebagaimana diceritakan oleh Abu Hurairah:
“Rasulullah ﷺ tidak pernah mencela makanan. Jika beliau menyukainya, beliau akan memakannya. Jika tidak, beliau meninggalkannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Betapa halusnya akhlak Nabi. Beliau tidak mengeluh, tidak bersikap rewel, apalagi menyakiti perasaan orang yang memasakkan makanan. Dalam dunia yang serba instan dan penuh kritik seperti sekarang, menahan lidah dari komentar negatif terhadap makanan adalah bentuk adab yang semakin langka.
Makan dengan Porsi Sederhana: Sepertiga untuk Makanan
Rasulullah ﷺ mengajarkan keseimbangan, termasuk dalam makan. Beliau bersabda:
“Tidak ada wadah yang lebih buruk yang dipenuhi oleh anak Adam selain perutnya. Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap untuk menegakkan tulang punggungnya. Jika tidak bisa, maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk udara.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Makan hingga kekenyangan tidak hanya merusak kesehatan, tapi juga melemahkan jiwa dan semangat ibadah. Sunnah Nabi mengajarkan kita untuk menahan diri, agar makanan menjadi penunjang kekuatan, bukan sumber kelemahan.
Bersyukur Setelah Kenyang
Setelah selesai makan, Rasulullah ﷺ menganjurkan kita untuk membaca doa sebagai bentuk syukur. Salah satu doa yang beliau ajarkan:
“Alhamdulillāhil-ladzī ath‘amanī hādzā, wa razaqanīhi, min ghairi ḥawlin minnī wa lā quwwah.”
Artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah memberi makanan ini kepadaku dan memberikannya sebagai rezeki tanpa daya dan kekuatanku.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Doa ini mengandung pengakuan mendalam bahwa tanpa pertolongan Allah, kita tak bisa menikmati sesuap nasi pun.
Sunnah yang Ringan, Pahala yang Berat
Adab makan dan minum yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ tampak sederhana. Duduk, mengucap Bismillah, menggunakan tangan kanan, tidak berlebihan, tidak mencela, dan bersyukur. Namun di balik kesederhanaan itu, tersimpan hikmah besar yang menumbuhkan akhlak mulia, kedisiplinan, kesadaran spiritual, dan kesehatan jasmani.
Makan bukan hanya tentang kenyang, tapi juga tentang membangun kedekatan dengan Allah. Maka, mari kita mulai memperhatikan adab di meja makan—bukan sekadar untuk sopan santun, tetapi untuk meneladani manusia terbaik yang pernah hidup di muka bumi: Nabi Muhammad ﷺ.