Dalam hidup, kita sering terburu-buru mengejar sesuatu. Pekerjaan yang harus segera selesai, target duniawi yang harus dicapai, impian yang dikejar tanpa henti. Padahal, kalau kita mau jujur, urusan dunia itu longgar. Ia memberi ruang untuk gagal, lalu mencoba lagi. Kalau hari ini tidak tercapai, besok masih bisa diusahakan. Kalau besok belum berhasil, masih ada lusa. Dunia selalu menyediakan jalan bagi mereka yang ingin berusaha lebih lama.
Tetapi bagaimana dengan urusan akhirat? Di sinilah kita sering lalai. Kita sibuk memikirkan dunia yang bisa ditunda, sementara melupakan akhirat yang sama sekali tidak mengenal kata “nanti.”
Bayangkan seandainya besok kita dipanggil Allah. Apakah kita masih bisa memperbaiki shalat yang bolong-bolong? Apakah masih ada kesempatan untuk menutup aurat yang sering disepelekan? Apakah masih bisa mengganti zakat yang ditunda, atau mengembalikan hak orang yang pernah kita zalimi? Semua itu akan tertutup rapat begitu ruh meninggalkan jasad.
Allah berfirman:
“Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata: ‘Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku akan bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh.’ Dan Allah sekali-kali tidak akan menunda (kematian) seseorang apabila waktu kematiannya telah datang. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Munafiqun: 10-11)
Ayat ini begitu jelas mengingatkan kita. Kesempatan hanya ada sebelum kematian. Setelah itu, semua pintu tertutup, hanya meninggalkan penyesalan bagi yang menunda amal.
- Dunia bisa menunggu. Gagal hari ini, masih ada esok.
- Akhirat tidak pernah menunggu. Begitu ajal tiba, tak ada lagi kesempatan.
Maka, mari kita balik cara pandang kita. Jadikan akhirat sebagai prioritas utama. Dunia tetap perlu diusahakan, tetapi jangan sampai ia menutup mata kita dari bekal abadi. Sebab dunia hanya singgah sebentar, sementara akhirat adalah tempat pulang selamanya.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Orang yang cerdas adalah orang yang mengendalikan dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah.” (HR. Tirmidzi)
Hikmah yang bisa kita ambil:
- Urusan dunia fleksibel, ia memberi kita banyak kesempatan kedua.
- Urusan akhirat mutlak, tidak ada waktu tambahan.
- Kesempatan untuk beramal hanya ada selagi napas masih terhembus.
Karena itu, jangan tunda taubat. Jangan remehkan amal kecil. Jangan menunggu “nanti” untuk berbuat baik. Dunia bisa menunggu, tapi akhirat tidak akan pernah menunggu.