Hijrah Rasulullah ﷺ dari Makkah ke Madinah bukan sekadar perpindahan geografis. Ia adalah peristiwa monumental yang menandai titik balik dalam sejarah umat Islam dan menjadi awal kemunculan peradaban baru yang berakar pada wahyu, keadilan, dan tauhid. Dari momen hijrah inilah, sebuah masyarakat ideal mulai dibangun—masyarakat yang menjunjung nilai-nilai keimanan, solidaritas, hukum, dan kemanusiaan.
Dalam setiap langkah hijrah tersebut, terdapat pelajaran besar bagi umat Islam, khususnya di era modern ini. Hijrah bukan hanya warisan sejarah, melainkan energi abadi perubahan, dan tonggak pembentukan karakter umat yang sejati.
Ketika Tekanan Menjadi Titik Awal Perubahan
Selama lebih dari sepuluh tahun berdakwah di Makkah, Rasulullah ﷺ dan para pengikutnya mengalami berbagai bentuk tekanan, siksaan, dan pemboikotan. Tauhid dianggap ancaman bagi struktur sosial dan ekonomi jahiliah. Kaum Quraisy tidak hanya menolak, tetapi juga memusuhi dakwah Islam secara terang-terangan.
Namun di tengah gelapnya suasana, muncul secercah harapan dari kota kecil bernama Yatsrib. Sebuah kota yang kelak dikenal sebagai Madinah al-Munawwarah—kota yang tercerahkan. Masyarakatnya yang terdiri dari kaum Aus dan Khazraj mulai menerima Islam dan menawarkan perlindungan bagi Rasulullah ﷺ. Inilah awal dari fase baru: Hijrah sebagai solusi strategis dan spiritual.
Hijrah: Awal Kebangkitan Umat
Peristiwa hijrah mengubah wajah dakwah Islam dari dakwah yang ditekan menjadi dakwah yang membangun. Rasulullah ﷺ tidak hanya membentuk komunitas spiritual, tapi juga membangun pilar-pilar peradaban:
1. Masjid sebagai pusat peradaban
Langkah pertama Rasulullah ﷺ setelah tiba di Madinah adalah membangun masjid. Bukan hanya sebagai tempat sholat, masjid menjadi pusat ilmu, politik, kemasyarakatan, dan solidaritas umat.
2. Mempersaudarakan Kaum Muhajirin dan Anshar
Rasulullah ﷺ menyatukan dua kelompok umat dengan status sosial berbeda dalam satu ikatan keimanan yang melampaui darah dan suku. Ini adalah fondasi kokoh dalam membangun masyarakat harmonis.
3. Piagam Madinah: Konstitusi Tertulis Pertama di Dunia
Rasulullah ﷺ membuat kesepakatan dengan berbagai elemen masyarakat, termasuk Yahudi dan non-Muslim lainnya, demi menciptakan tatanan hidup bersama yang damai dan adil. Piagam ini mengatur hak dan kewajiban warga negara dengan semangat toleransi dan hukum.
4. Menata Ekonomi, Sosial, dan Politik
Rasulullah ﷺ memutus ketergantungan umat pada sistem riba, membangun pasar yang bersih dari monopoli, dan menjadikan zakat sebagai sistem distribusi kekayaan yang adil.
Dari sinilah Islam tidak hanya dikenal sebagai agama ibadah, tetapi juga agama peradaban.
Hijrah dalam Dimensi Spiritualitas dan Sosial
Hijrah mengandung dua sisi utama: dimensi ruhiyah dan dimensi sosial-politik. Secara ruhiyah, hijrah adalah perwujudan totalitas iman. Kaum Muhajirin rela meninggalkan harta, keluarga, dan tanah air demi menyelamatkan iman mereka. Mereka meyakini bahwa ridha Allah lebih berharga dari kenyamanan duniawi.
Secara sosial, hijrah menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang aktif membangun dan menata masyarakat. Islam tidak lahir untuk menjadi agama pinggiran, tetapi tampil sebagai solusi di tengah krisis moral, sosial, dan politik yang melanda manusia.
Rasulullah ﷺ tidak membalas kezaliman Quraisy dengan dendam, tetapi dengan membangun masyarakat yang unggul secara akhlak dan peradaban. Ini adalah strategi revolusioner yang tanpa kekerasan, namun penuh daya ubah.
Pelajaran Hijrah Bagi Umat Kini
Hijrah Nabi adalah cermin bagi setiap Muslim di sepanjang zaman. Meski kita tak lagi diminta berpindah tempat secara fisik, kita semua dituntut untuk berhijrah secara maknawi—meninggalkan keburukan, kemalasan, dan kelalaian menuju kesungguhan, kebaikan, dan ketaatan.
Di era modern ini, kita menghadapi tantangan peradaban baru: degradasi moral, krisis identitas, dan ketimpangan sosial. Maka spirit hijrah harus dihidupkan:
- Dari hidup sekadar mengikuti arus, menuju hidup yang penuh makna dan misi
- Dari budaya konsumtif, menuju produktif dan kontributif
- Dari ketergantungan pada dunia, menuju keteguhan iman
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hijrah, Awal dari Peradaban yang Mencerahkan
Hijrah Nabi Muhammad ﷺ bukanlah pelarian. Ia adalah strategi ilahi yang membawa perubahan besar. Dari kota kecil yang tidak dikenal, Madinah tumbuh menjadi pusat peradaban Islam, dan dari komunitas kecil itu pula, Islam menyebar ke seluruh penjuru dunia.
Tahun baru Islam, yang dimulai dengan Muharram, mengingatkan kita bahwa perubahan besar selalu dimulai dari langkah pertama. Hijrah adalah bukti bahwa ketika iman menjadi dasar, Allah akan memberikan jalan dan kemenangan.
Semoga semangat hijrah Rasulullah ﷺ menyala dalam diri kita—menjadi lentera perubahan pribadi, keluarga, dan umat, demi membangun peradaban yang lebih baik dan lebih bermartabat di bawah cahaya petunjuk Allah.
Selamat Tahun Baru Islam 1447 H. Mari berhijrah menuju kebaikan yang hakiki.