Dalam salah satu khutbah terakhirnya, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
“Jangan menyakiti orang lain sebagaimana kamu tidak mau disakiti. Ingatlah, kita semua akan bertemu Allah dan setiap amalan akan dipertanggungjawabkan.”
Sebuah pesan yang begitu singkat, namun sarat makna. Bukan sekadar nasihat, melainkan pondasi kehidupan yang jika dipegang teguh, akan membuat dunia penuh dengan kedamaian.
Luka yang Tak Terlihat
Sering kali manusia lebih takut menyakiti fisik, namun lupa bahwa hati jauh lebih rapuh. Sebuah kata kasar bisa menghancurkan kepercayaan diri. Sebuah tuduhan bisa merusak harga diri. Bahkan sebuah sikap acuh bisa melukai jiwa seseorang.
Rasulullah ﷺ tahu betul, manusia bukan hanya tubuh, tetapi juga hati. Luka di hati kadang tidak terlihat, namun bisa lebih menyakitkan daripada luka di kulit. Maka, beliau mengingatkan kita untuk menahan diri—agar tidak menjadi sebab orang lain menangis diam-diam, tidak menjadi alasan seseorang merasa hancur, dan tidak menjadi beban bagi jiwa orang lain.
Setiap kali kita ingin berkata atau berbuat, bayangkanlah: “Apakah aku ingin diperlakukan seperti ini?” Jika jawabannya tidak, maka tahanlah. Karena itulah inti pesan Rasulullah ﷺ: jangan lakukan pada orang lain apa yang tidak kamu sukai untuk dirasakan.
Pertemuan yang Tidak Bisa Dihindari
Kehidupan ini penuh hiruk pikuk. Ada yang sibuk mencari harta, mengejar jabatan, memburu popularitas. Namun, ujung perjalanan semua sama: kita akan berdiri di hadapan Allah.
Saat itu, tidak ada yang bisa berbohong. Lisan terkunci, tangan dan kaki bersaksi, bahkan kulit akan berbicara. Catatan amal terbentang, memperlihatkan sekecil-kecilnya perbuatan yang pernah kita lakukan.
Bayangkanlah hari itu: setiap kata yang pernah kita ucapkan, setiap sikap yang pernah kita tunjukkan, akan dimintai pertanggungjawaban. Betapa menggetarkan hati, jika ternyata yang kita kumpulkan bukan hanya amal baik, tapi juga luka yang kita torehkan pada hati orang lain.
Hidup dengan Kesadaran
Pesan Rasulullah ﷺ bukan hanya untuk kita dengar, tapi untuk kita hidupkan dalam keseharian. Bagaimana caranya? Dengan menjadikan setiap interaksi sebagai ladang ibadah.
- Jaga lisan, karena satu kata bisa mengangkat atau menjatuhkan seseorang.
- Jaga sikap, karena kelembutan kecil bisa membuat orang merasa dihargai.
- Jaga hati, dengan mendoakan kebaikan bahkan untuk orang yang menyakiti kita.
- Jaga tindakan, dengan memilih menolong daripada melukai, memberi daripada merampas, memaafkan daripada membalas.
Setiap kebaikan yang kita tebarkan adalah bekal untuk pertemuan agung itu. Dan setiap luka yang tidak kita torehkan adalah keselamatan bagi diri kita sendiri.
Pesan Singkat, Renungan Panjang
Sungguh, khutbah Rasulullah ﷺ ini adalah cermin bagi kita semua. Hidup bukan hanya tentang kita, tetapi juga tentang bagaimana kita memperlakukan orang lain.
Jika kita bisa menahan diri untuk tidak menyakiti, maka kita sudah menjalankan sebagian besar dari ajaran akhlak Islam. Jika kita mampu menjaga hati sesama, maka jalan menuju ridha Allah akan lebih mudah.
Karena pada akhirnya, kita semua akan dipanggil kembali. Dan saat itu, tidak ada yang bisa kita bawa kecuali amal. Bukan harta, bukan jabatan, bukan kebanggaan. Hanya amal—dan amal itu mencakup cara kita memperlakukan sesama manusia.
Kompas Kehidupan
Marilah kita jadikan pesan Rasulullah ﷺ ini sebagai kompas kehidupan. Jangan sakiti orang lain, sebagaimana kita pun tidak ingin disakiti. Ingatlah selalu bahwa setiap perbuatan, sekecil apapun, akan kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah.
Pesan singkat ini, jika benar-benar kita renungkan, cukup untuk menuntun kita hidup dengan lebih hati-hati, lebih lembut, dan lebih bermakna. Hingga kelak, saat tiba waktunya bertemu Allah, kita bisa tersenyum karena telah menjaga amanah terbesar: hati sesama manusia.