Di dalam kehidupan, kita sering terjebak dalam kegelisahan menunggu atau kecewa karena kehilangan. Kita ingin segala sesuatu terjadi sesuai keinginan kita—segera, tanpa tertunda. Namun, sesungguhnya kita hidup di bawah aturan waktu yang telah Allah tetapkan. Dialah Al-‘Alīm, Yang Maha Mengetahui segala sesuatu, termasuk kapan yang terbaik untuk memberi, mengambil, mengganti, atau mengembalikan.
Ada kalanya kita menanti terlalu lama hingga lelah, ada pula saat kita dipaksa melepaskan sebelum siap. Kita sering bertanya, “Kenapa harus sekarang?” atau “Kenapa bukan dulu?”. Pertanyaan itu wajar, tapi di baliknya ada pelajaran bahwa kita bukan penguasa waktu. Waktu adalah milik Allah, dan setiap detik yang berjalan adalah bagian dari skenario terbaik-Nya.
Datang dan Pergi
Seseorang atau sesuatu yang hadir dalam hidup kita bukanlah kebetulan. Kehadirannya sudah diatur sejak sebelum kita dilahirkan. Ada yang datang untuk memberi kebahagiaan, ada yang hadir untuk memberi pelajaran. Dan ketika mereka pergi, itu pun bukan tanpa alasan. Terkadang, yang kita anggap sebagai kehilangan sebenarnya adalah bentuk perlindungan Allah dari sesuatu yang tak kita mengerti saat ini.
Hilang dan Berganti
Kehilangan sering terasa menyakitkan, seakan merenggut bagian dari diri kita. Namun, di balik kehilangan selalu ada ruang kosong yang disiapkan untuk diisi oleh sesuatu yang lebih tepat. Allah tidak mengambil sesuatu kecuali Dia menyiapkan gantinya—entah dalam bentuk yang sama, atau dalam bentuk kebaikan yang lebih besar. Firman-Nya:
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216)
Pulang dan Kembali
Ada hal-hal yang harus pergi terlebih dahulu sebelum kembali pada waktunya. Ada orang yang menjauh agar kita belajar arti merindukan dan menghargai, dan ada rezeki yang tertahan agar kita belajar sabar dan bersyukur. Kepulangan dan kembalinya sesuatu selalu membawa makna baru—lebih dalam, lebih penuh hikmah.
Belajar Mempercayai Waktu Allah
Kuncinya adalah percaya. Percaya bahwa Allah tidak pernah terlambat, tidak pernah terburu-buru. Setiap takdir datang di waktu yang paling tepat, meski terkadang waktu itu tidak sesuai keinginan kita. Percaya berarti menyerahkan kendali kepada Allah sambil tetap berusaha sebaik mungkin.
Hidup ini adalah perjalanan panjang yang penuh pertemuan dan perpisahan, kehilangan dan perolehan. Semua itu hanyalah bagian dari siklus yang Allah atur dengan sempurna. Saat hati kita ikhlas dan yakin, kita akan melihat bahwa setiap yang datang dan pergi, hilang dan berganti, selalu membawa kita lebih dekat kepada-Nya.
Karena pada akhirnya, kita akan sadar—yang terpenting bukanlah kapan sesuatu terjadi, tapi siapa yang mengatur segalanya. Dan kita tahu, Allah adalah sebaik-baik Pengatur waktu.