Setiap insan pasti akan menapaki satu jalan yang tak terhindarkan: kematian. Dunia ini hanyalah tempat persinggahan sementara, ladang untuk menanam amal sebelum berpindah ke negeri abadi. Namun sering kali manusia lalai, terbuai gemerlap dunia, hingga melupakan satu realitas besar yang menunggu di depan: alam kubur. Sebuah tempat pertama yang menjadi gerbang menuju kehidupan akhirat. Di sanalah seseorang akan mengalami ketenangan yang lapang, atau sebaliknya, kesempitan dan azab yang menyakitkan.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya kubur adalah awal dari tempat-tempat akhirat. Jika seseorang selamat darinya, maka apa yang setelahnya lebih mudah darinya. Dan jika ia tidak selamat darinya, maka apa yang setelahnya lebih berat baginya.” (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Hadis ini memberi peringatan keras betapa pentingnya keadaan kita di alam kubur. Lapang atau sempitnya kubur bukan perkara nasib atau takdir semata. Ada sebab-sebab yang telah Allah tetapkan, tergantung dari bagaimana manusia menjalani hidupnya di dunia.
Mengapa Kubur Bisa Menjadi Sempit?
Banyak orang mengira azab kubur hanya milik orang kafir. Padahal, Rasulullah ﷺ telah mengingatkan bahwa seorang muslim pun bisa mengalami sempitnya kubur bila ia melakukan dosa dan kelalaian tertentu.
Di antara perkara yang bisa menyempitkan kubur adalah:
1. Dusta dan Khianat
Rasulullah ﷺ pernah melihat dua malaikat menyiksa seseorang yang mulutnya robek sampai ke tengkuk karena ia suka menyebar dusta. Di dunia, dusta dianggap ringan; di akhirat, ia menjadi siksaan berat.
2. Ghibah dan Namimah (adu domba)
Dalam hadis lain, Nabi ﷺ bersabda tentang dua penghuni kubur yang diazab: yang satu karena tidak menjaga diri dari air kencing, yang lain karena suka mengadu domba (namimah). Hal ini menunjukkan bahwa perkara kecil di dunia bisa berdampak besar di kubur.
3. Tidak bersuci dengan sempurna setelah buang air kecil
Betapa sering orang menganggap remeh urusan ini. Padahal salah satu penghuni kubur yang diazab adalah karena kelalaiannya dalam bersuci.
4. Hutang yang tidak dilunasi
Rasulullah ﷺ bahkan enggan menyolatkan jenazah yang masih memiliki hutang hingga lunas, menunjukkan betapa berat beban hutang di alam kubur.
5. Durhaka kepada orang tua
Berbakti kepada orang tua adalah kunci kebaikan dunia-akhirat. Sebaliknya, kedurhakaan menjadi sebab kesempitan di kubur.
Apa yang Melapangkan Kubur?
Sebagaimana kubur bisa menjadi tempat azab, ia pun bisa menjadi taman surga, tempat istirahat yang lapang dan membahagiakan sebelum datangnya hari kiamat. Apa yang bisa melapangkan kubur seseorang?
1. Shalat dengan khusyuk dan tepat waktu
Shalat adalah tiang agama. Siapa yang menegakkannya di dunia, kuburnya akan lapang, bercahaya, dan tenang.
2. Membaca dan mengamalkan Al-Qur’an
Al-Qur’an akan datang sebagai penolong dan pemberi syafaat. Di dalam kubur, ia menjadi cahaya yang menerangi kegelapan.
3. Memperbanyak sedekah
Sedekah memadamkan panasnya azab kubur. Amal jariyah pun terus mengalir pahalanya bahkan setelah seseorang meninggal.
4. Berbakti kepada orang tua
Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua. Berbakti kepada keduanya membuka pintu kelapangan di kubur.
5. Taubat dari dosa-dosa
Setiap hamba tak luput dari dosa. Namun siapa yang bertaubat dengan sungguh-sungguh, maka Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.
6. Berakhlak mulia
Senyum, lemah lembut, menahan amarah, memaafkan sesama—semua ini adalah kebaikan kecil yang berbuah besar di akhirat.
Alam Kubur: Awal Kehidupan Abadi
Sering kita dengar ungkapan “kubur adalah rumah pertama akhirat”. Di sanalah manusia menanti Hari Kiamat. Waktu di alam barzakh tidak terhitung sebagaimana waktu dunia. Bagi yang beramal baik, kubur adalah taman surga, penuh cahaya dan ketenteraman. Sebaliknya, bagi yang beramal buruk, kubur menjadi penjara sempit, gelap, dan penuh siksaan.
Inilah realitas yang seharusnya menyadarkan hati manusia. Dunia ini hanyalah ladang menanam amal. Sebagaimana kata pepatah Arab:
“Ad-dunya mazra’atul-akhirah”
(Dunia adalah ladang untuk akhirat)
Siapa yang menanam kebaikan, maka ia akan menuai kelapangan. Siapa yang menanam dosa dan kelalaian, maka ia akan menuai kesempitan.
Bekal Apa yang Telah Kita Siapkan?
Kita semua akan melewati gelapnya kubur. Tidak ada yang menemani kecuali amal. Keluarga, harta, jabatan, semua ditinggalkan. Yang menyertai hanyalah shalat kita, bacaan Al-Qur’an kita, sedekah kita, dan air mata taubat kita.
Maka sebelum ajal menjemput, mari kita renungi firman Allah:
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).” (QS. Al-Hasyr: 18)
Sungguh beruntung orang yang kuburnya lapang, karena itu awal dari kebahagiaan abadi di surga. Dan sungguh rugi mereka yang kuburnya sempit, karena itu adalah awal dari siksaan yang panjang di neraka.
Semoga Allah menjadikan kubur kita taman dari taman-taman surga, bukan lubang dari lubang-lubang neraka.