Setiap manusia mencari kebahagiaan. Ada yang mengejarnya lewat harta, ada yang melalui jabatan, ada pula yang berharap dari pujian manusia. Namun, Imam Syafi’i rahimahullah memberikan resep sederhana yang tak lekang oleh waktu:
“Bahagia itu simpel. Cukupin hati, jangan ganggu orang, cari rezeki halal, jaga diri dengan takwa, dan percaya sama Allah kapanpun & dimanapun.”
Nasihat ini bukan sekadar kata-kata indah, tapi sebuah kunci yang bisa membuka pintu bahagia dunia sekaligus akhirat. Mari kita renungkan satu per satu.
1. Kaya Hati, Bukan Banyak Harta
Kaya hati artinya merasa cukup dengan apa yang Allah beri. Tenang, tidak iri, tidak membandingkan hidup dengan orang lain. Hati yang kaya membuat seseorang bisa tersenyum meski sederhana, bisa tidur nyenyak meski tidak berlimpah harta.
Sebaliknya, hati yang miskin membuat seseorang gelisah meski bergelimang harta. Maka, kekayaan sejati bukan di dompet, melainkan di dada.
2. Tidak Menyusahkan Orang Lain
Bahagia bukan hanya ketika kita senang, tapi juga ketika orang di sekitar kita tenang dengan keberadaan kita. Imam Syafi’i menekankan pentingnya menjaga lisan, sikap, dan perbuatan agar tidak merugikan orang lain.
Betapa banyak orang yang pandai beribadah tapi lidahnya menyakiti. Betapa banyak yang rajin shalat tapi tangannya merampas hak orang lain. Bahagia yang sejati adalah ketika orang lain merasa aman dari kita.
3. Mencari Rezeki Halal, Meski Kecil
Sedikit yang halal lebih menenangkan daripada banyak yang haram. Sebab, rezeki haram bukan hanya mengotori perut, tapi juga mengeraskan hati.
Imam Syafi’i mengingatkan bahwa keberkahan lebih penting daripada jumlah. Harta yang halal akan menjadi cahaya, sementara harta haram hanya akan menjadi beban di dunia dan azab di akhirat.
4. Bertakwa sebagai Pakaian Sejati
Takwa adalah “outfit” terbaik yang melindungi kita di dunia dan akhirat. Dengan takwa, hidup jadi terarah. Keputusan-keputusan penting menjadi ringan karena ukurannya jelas: halal atau haram, ridha Allah atau murka-Nya.
Takwa adalah pakaian yang tidak pernah usang, tidak lekang oleh zaman, dan akan terus menyelamatkan pemakainya di manapun ia berada.
5. Percaya Penuh kepada Allah
Inilah puncak kebahagiaan: tawakal. Percaya bahwa setiap takdir Allah adalah yang terbaik, meski terkadang tak sesuai dengan keinginan.
Ketika senang, kita bersyukur. Ketika susah, kita bersabar. Keyakinan bahwa Allah selalu mengatur yang terbaik membuat hati lapang, tidak mudah putus asa, dan tidak sombong dalam kesuksesan.
Kebahagiaan Itu Dekat
Hikmah Imam Syafi’i adalah pengingat bahwa bahagia tidak perlu dicari jauh-jauh. Ia ada di hati yang cukup, di perilaku yang tidak menyakiti, di rezeki yang halal, di takwa yang melekat, dan di tawakal yang kokoh.
Kebahagiaan dunia dan akhirat bukan sekadar mimpi. Ia nyata, bila kita mau membuka hati dan mengikuti jalan yang diajarkan para ulama. Karena sesungguhnya, kunci bahagia itu sederhana: kembali kepada Allah, setiap saat dan dalam setiap keadaan.