Makan Makan di Masjid: Wujud Nyata Peduli Pejuang Nafkah

Ciputat, 25 April 2025 — Di tengah gemuruh hiruk-pikuk kota yang tak pernah tidur, di antara kesibukan manusia yang terus berpacu dengan waktu demi sesuap nasi, hadir secercah cahaya di Masjid Ar Rahmah, Ciputat. Sebuah kegiatan sederhana namun sarat makna bertajuk “Makan Makan di Masjid” telah menjadi pengingat bahwa kebaikan tak harus menunggu waktu yang sempurna atau dompet yang penuh.

 

Diprakarsai oleh Langkah Amanah bekerja sama dengan Gerakan Sedekah Makan, aksi sosial ini menjadi oase bagi para pejuang nafkah dan kaum dhuafa yang kerap terlupakan. Mereka yang setiap hari bergulat dengan kerasnya hidup demi keluarga, kini diundang untuk berhenti sejenak, duduk dalam kehangatan ukhuwah, dan menikmati santapan yang disiapkan dengan cinta.

 

Ketulusan dalam Sepiring Nasi

Acara ini tidak berdiri sendiri. Ia adalah hasil gotong royong — tangan-tangan relawan, donatur, pengurus masjid, dan masyarakat umum yang tergerak hatinya. Makanan dibagikan dengan penuh senyum dan keikhlasan kepada jamaah masjid serta warga sekitar yang membutuhkan. Bukan sekadar mengenyangkan perut, tetapi menghangatkan hati dan menumbuhkan rasa saling peduli.

 

Seorang perwakilan dari Langkah Amanah mengungkapkan,

“Kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian dan dukungan moril kepada mereka yang setiap hari berjuang menafkahi keluarga. Kami ingin menunjukkan bahwa mereka tidak sendiri.”

Pernyataan itu bukan sekadar kata. Ia tercermin dalam setiap gerakan — dari tangan yang membungkus makanan hingga tangan yang menyambutnya dengan syukur. Di mata mereka yang menerima, terpancar kebahagiaan yang sederhana namun mendalam. Betapa tidak, di tengah hari yang mungkin sepi harapan, hadir tangan-tangan yang memberi tanpa pamrih.

 

Ukhuwah yang Dirasakan, Bukan Sekadar Diucapkan

 

Islam mengajarkan kita bahwa sedekah tidak akan mengurangi harta, bahkan ia menjadi sebab keberkahan. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Tidak akan berkurang harta karena sedekah. Dan seorang hamba yang memaafkan, melainkan Allah akan menambah kemuliaan padanya…” (HR. Muslim)

Spirit inilah yang tampak dalam kegiatan “Makan Makan di Masjid”. Bukan hanya makanan yang dibagikan, tetapi juga rasa kebersamaan. Anak muda, orang tua, ibu rumah tangga, dan relawan dari berbagai latar belakang saling bersinergi. Mereka berbagi waktu, tenaga, dan senyuman.

 

Lebih dari itu, kegiatan ini memutus sekat-sekat sosial yang kadang tak kasat mata. Di pelataran masjid, semua duduk sama rendah. Tidak ada yang lebih mulia karena jabatan, tidak ada yang lebih hina karena pakaian kerja yang lusuh. Semua adalah saudara dalam iman, semua adalah bagian dari umat yang satu.

 

Harapan yang Terus Menggema

Respons masyarakat terhadap kegiatan ini sangat positif. Tak sedikit dari penerima manfaat yang mengungkapkan harapannya agar kegiatan seperti ini terus digulirkan secara rutin. Bagi mereka, ini bukan sekadar makanan. Ini adalah pengakuan bahwa mereka ada, bahwa jerih payah mereka dilihat, dan bahwa umat Islam masih saling memperhatikan.

 

Kegiatan ini juga menjadi inspirasi bagi masjid-masjid lain. Bahwa masjid bukan hanya tempat shalat dan pengajian, tetapi pusat kegiatan sosial yang hidup dan menyentuh masyarakat secara langsung. Bukankah Rasulullah ﷺ menjadikan masjid sebagai pusat peradaban? Tempat berkumpulnya kaum muslimin bukan hanya dalam ibadah, tetapi juga dalam mengatur strategi sosial, ekonomi, dan keadilan?

 

Menyulam Harapan Lewat Aksi Nyata

“Makan Makan di Masjid” telah memberi pelajaran penting bagi kita: berbagi tidak menunggu kaya, peduli tidak menunggu terkenal. Dengan sedikit yang kita miliki, kita bisa menjadi cahaya bagi sesama. Sebab dalam setiap suapan yang diberikan, ada doa yang terucap, ada harapan yang bangkit, dan ada cinta yang tumbuh tanpa syarat.

 

Langkah Amanah dan Gerakan Sedekah Makan telah membuktikan bahwa gerakan kecil bisa membawa perubahan besar. Di tengah dunia yang semakin individualistik, aksi seperti ini mengingatkan kita bahwa kebaikan masih hidup — dan ia menular.

 

Mari doakan agar kegiatan ini terus berlanjut, semakin luas jangkauannya, dan melahirkan lebih banyak jiwa-jiwa dermawan yang menjadikan masjid bukan hanya rumah ibadah, tetapi rumah kasih sayang umat.

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ahmad)

Semoga kita termasuk di dalamnya.