Dalam kesibukan dunia yang tak kunjung reda, menjaga shalat lima waktu sering kali menjadi tantangan tersendiri. Namun, Islam tidak hanya memberi perintah, melainkan juga membimbing umatnya dengan amalan tambahan yang dapat memperkuat dan melindungi ibadah pokok. Di antara amalan itu adalah shalat sunnah rawatib, yang disebut-sebut sebagai “penjaga shalat wajib”. Ia ibarat pagar yang melindungi rumah, atau tiang penyangga yang menguatkan bangunan utama. Tapi, apa sebenarnya yang dimaksud dengan shalat rawatib? Mengapa ia begitu penting? Dan bagaimana Rasulullah ﷺ mempraktikkannya dalam keseharian beliau?
Apa Itu Shalat Sunnah Rawatib?
Shalat sunnah rawatib adalah shalat sunnah yang mengiringi shalat wajib, baik dikerjakan sebelum (qabliyah) maupun sesudah (ba’diyah) shalat fardhu. Dinamakan “rawatib” karena dikerjakan secara rutin dan terikat dengan waktu-waktu tertentu, mengikuti jadwal shalat wajib.
Ada dua jenis rawatib:
- Rawatib mu’akkadah (sangat dianjurkan),
- dan rawatib ghairu mu’akkadah (tidak terlalu ditekankan).
Yang paling utama adalah rawatib mu’akkadah, karena Rasulullah ﷺ tidak pernah meninggalkannya, kecuali dalam kondisi tertentu seperti safar (perjalanan jauh).
Tuntunan Nabi ﷺ: Rawatib yang Dijaga Sepanjang Hidup
Ummu Habibah Radhiyallahu ‘anha meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barangsiapa yang menjaga shalat sunnah 12 rakaat dalam sehari semalam, maka Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah di surga.” (HR. Muslim)
Dua belas rakaat itu terdiri dari:
- 2 rakaat sebelum Subuh,
- 4 rakaat sebelum Dzuhur,
- 2 rakaat sesudah Dzuhur,
- 2 rakaat sesudah Maghrib,
- dan 2 rakaat sesudah Isya.
Menariknya, Rasulullah ﷺ sangat menjaga dua rakaat sebelum Subuh, sampai-sampai Aisyah Radhiyallahu ‘anha berkata:
“Nabi tidak pernah meninggalkan dua rakaat sebelum Subuh, baik ketika bermukim maupun ketika safar.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ini menunjukkan betapa agungnya nilai rawatib, bukan sekadar pelengkap, tetapi bagian dari kesempurnaan ibadah seorang hamba.
Hikmah dan Keutamaan Shalat Rawatib
Mengapa shalat sunnah rawatib begitu ditekankan dalam ajaran Islam? Berikut beberapa hikmah dan keutamaannya:
1. Penyempurna Kekurangan Shalat Wajib
Tak ada manusia yang sempurna dalam ibadah. Terkadang kita lalai dalam kekhusyukan, terburu-buru, atau bahkan keliru dalam bacaan. Shalat sunnah rawatib berfungsi sebagai penambal kekurangan tersebut. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah shalat. Jika baik shalatnya, maka baik pula seluruh amalnya. Jika ada kekurangan pada shalat wajibnya, Allah berfirman: ‘Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah itu akan menyempurnakan kekurangan pada shalat wajibnya.” (HR. Abu Dawud)
2. Bukti Cinta kepada Allah
Orang yang mencintai Allah pasti ingin selalu dekat dengan-Nya. Menambah shalat sunnah adalah bentuk pendekatan diri kepada Allah. Dalam hadits Qudsi, Allah berfirman:
“Dan hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan sunnah hingga Aku mencintainya…” (HR. Bukhari)
3. Menjaga Spiritualitas Sehari-hari
Rawatib membuat seseorang tidak hanya sekedar menunaikan kewajiban, tapi juga menjaga ritme ibadah sepanjang hari. Ia hadir sebagai pengingat bahwa hidup tidak hanya soal dunia, tapi juga akhirat.
Mengapa Disebut “Penjaga” Shalat Wajib?
Karena rawatib menanamkan disiplin spiritual. Orang yang terbiasa mengerjakan rawatib akan lebih sulit meninggalkan shalat wajib. Sebab ia membiasakan dirinya hadir di waktu-waktu shalat, dengan kekhusyukan dan kesadaran yang lebih tinggi.
Bahkan ketika sedang futur (lemah iman), orang yang biasa mengerjakan rawatib masih memiliki semacam benteng batin yang mendorongnya untuk tidak meninggalkan shalat. Dengan kata lain, rawatib menjaga kontinuitas dan kualitas ibadah utama.
Bagaimana Jika Tidak Sempat?
Syariat Islam penuh dengan rahmat. Jika seseorang tidak sempat melaksanakan rawatib karena lupa atau tertinggal, maka dianjurkan untuk mengqadha-nya, terutama rawatib mu’akkadah seperti qabliyah Subuh. Nabi ﷺ pernah mengqadha rawatib Subuh setelah matahari terbit ketika beliau dan para sahabat tertidur dari Subuh.
Merutinkan yang Sunnah, Menjaga yang Wajib
Shalat sunnah rawatib bukan sekadar pelengkap, melainkan penjaga. Ia bukan kewajiban, tetapi siapa yang menjaganya akan mendapatkan istana di surga, menurut sabda Rasulullah.
Dalam dunia yang sering memalingkan kita dari Allah, shalat rawatib adalah tali-tali pengikat hati kepada-Nya. Ia mungkin singkat, hanya dua rakaat. Tapi ia menyimpan kekuatan luar biasa untuk menjaga jiwa, memperbaiki hati, dan mengokohkan iman.
Maka, mari kita rawat shalat rawatib. Karena dengan menjaganya, kita sedang menjaga shalat wajib, dan dengan menjaga shalat wajib, kita sedang menjaga diri kita dari kehancuran spiritual yang sering kali tidak tampak, tapi nyata.
“Dan peliharalah segala shalatmu, dan (peliharalah) shalat wustha. Berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyuk.” (QS. Al-Baqarah: 238)