Di antara banyak hal yang dicari manusia di dunia ini — harta, jabatan, kekuasaan, ketenaran — ada satu warisan agung yang tak pernah lekang oleh zaman, tak pernah habis meski terus diwariskan, dan tak ternilai harganya. Itulah warisan para nabi. Bukan emas, bukan perhiasan, bukan pula tahta. Warisan mereka adalah ilmu — ilmu yang menuntun hati menuju kebenaran, menyinari jiwa yang gelap, dan mengarahkan manusia menuju jalan yang diridhai Allah.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sesungguhnya mereka hanyalah mewariskan ilmu. Maka barangsiapa mengambilnya, ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi)
Hadis ini menjelaskan dengan sangat gamblang. Warisan kenabian bukanlah harta dunia, melainkan ilmu. Dan ilmu yang dimaksud bukan sekadar pengetahuan biasa, tapi ilmu yang menumbuhkan iman, meluruskan amal, dan meneguhkan hati dalam ketaatan kepada Allah. Siapapun yang mempelajari, mengamalkan, dan mengajarkan ilmu ini, maka ia telah mewarisi kemuliaan yang dulunya dimiliki oleh para utusan Allah.
Ilmu: Jalan Menuju Cahaya
Tidak semua orang peduli dengan warisan ini. Tidak semua manusia bernafsu mengejar ilmu sebagaimana mereka mengejar dunia. Padahal, ilmu adalah cahaya yang membedakan antara kegelapan dan terang, antara kebatilan dan kebenaran, antara yang hak dan yang batil. Allah ﷻ berfirman:
“Katakanlah: ‘Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?‘” (QS. Az-Zumar: 9)
Perhatikan bagaimana Allah memuliakan orang-orang berilmu. Mereka diangkat derajatnya, diberikan keutamaan di dunia dan akhirat. Sementara orang yang lalai dari ilmu, berjalan dalam kegelapan, terombang-ambing oleh hawa nafsu dan tipu daya dunia. Maka tak heran jika orang-orang shalih terdahulu begitu bersungguh-sungguh menuntut ilmu. Mereka mengorbankan waktu, tenaga, bahkan harta demi mendapatkan warisan yang agung ini.
Ilmu yang Menghidupkan Iman
Namun perlu kita ingat, ilmu yang diwarisi para nabi bukan hanya pengetahuan yang tersimpan dalam buku-buku atau tersusun rapi dalam catatan. Ilmu itu adalah ilmu yang menghidupkan iman, menumbuhkan takut kepada Allah, dan membimbing kepada amal shalih. Bukan ilmu yang menambah kesombongan atau menjauhkan dari ketaatan.
Imam Ahmad rahimahullah pernah berkata:
“Pokok ilmu adalah rasa takut kepada Allah. Setiap ilmu yang tidak menumbuhkan rasa takut kepada-Nya, maka itu bukan ilmu yang bermanfaat.”
Di sinilah pentingnya kita menjaga niat. Menuntut ilmu bukan untuk dipuji sebagai orang pintar, bukan untuk mencari pengikut, bukan untuk menumpuk gelar. Tapi untuk meneladani para nabi: mempelajari agama dengan hati yang ikhlas, mengamalkannya dengan istiqamah, dan mengajarkannya dengan penuh amanah.
Amanah Mewarisi Ilmu
Mewarisi ilmu juga berarti memikul amanah yang besar. Ilmu agama bukan sekadar diketahui, tapi diamalkan dan disampaikan dengan jujur, sabar, dan penuh kasih. Para nabi telah mewariskan dakwah, tugas itu kini berada di pundak para pewaris mereka. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka baginya pahala seperti orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim)
Betapa mulianya orang yang dengan sabar mengajarkan Al-Qur’an, membimbing dalam ibadah, menasihati agar sabar dan ikhlas, mengajak manusia kembali kepada jalan Allah. Ia menjadi bagian dari mata rantai pewaris kenabian, meski ia bukan nabi, tapi ia mewarisi tugas mulia mereka.
Apakah Engkau Siap Menjadi Pewaris Itu?
Di dunia ini, banyak orang berlomba mengejar warisan dunia. Tapi sedikit yang mengejar warisan para nabi. Padahal warisan ini akan menjadi cahaya yang menyelamatkan di dunia dan akhirat. Ilmu yang menumbuhkan iman, membimbing amal, dan menjadi jalan dakwah — itulah bekal yang tak akan pernah habis, tak akan pernah sia-sia.
Maka tanyakanlah pada dirimu hari ini: Apakah engkau ingin menjadi ahli waris para nabi? Jika iya, carilah ilmunya, amalkan, dan sampaikan. Itulah jalan orang-orang yang Allah cintai.
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11)
Semoga Allah menjadikan kita semua pewaris ilmu yang benar, yang membawa kita menuju ridha-Nya, bukan pewaris ilmu yang sia-sia. Aamiin.