Menyalakan Cahaya di Ujung Desa: Kiprah Amanah Cendekia di Mekar Mulya

Jumat, 10 Oktober 2025 — Ada satu hal yang tidak pernah padam meski jarak dan keterbatasan menghadang: semangat untuk menuntut ilmu dan mencintai Al-Qur’an. Itulah yang tampak di wajah-wajah polos anak-anak Desa Mekar Mulya, sebuah desa terpencil di pelosok Rangkasbitung, Banten. Di sana, di tengah hening hamparan sawah dan pepohonan yang membentang jauh dari hiruk-pikuk kota, tumbuh secercah harapan: sebuah tempat kecil yang ingin menjadi rumah bagi ilmu dan cahaya Al-Qur’an.

 

Perjalanan menuju desa ini bukanlah perjalanan singkat. Tim Langkah Amanah melalui program Amanah Cendekia menempuh jarak yang cukup jauh dari perkotaan, melintasi jalan berbatu, dan melewati wilayah yang jarang disentuh pembangunan. Namun rasa lelah di perjalanan seakan terbayar lunas saat menyaksikan betapa tingginya semangat anak-anak desa untuk belajar membaca Al-Qur’an, meski dalam segala keterbatasan.

 

 

Di sebuah bangunan sederhana, seorang pengajar Al-Qur’an setempat tengah merintis tempat belajar bagi anak-anak. Beliau adalah sosok yang penuh keikhlasan — mendidik tanpa pamrih, menuntun tanpa lelah. Tempat itu bukan madrasah megah, bukan pula bangunan permanen; hanya bilik sederhana dengan alas tikar dan dinding bambu. Namun dari tempat sederhana itulah, cahaya ilmu dipancarkan, dan huruf demi huruf hijaiyah dilafalkan dengan penuh semangat oleh anak-anak desa.

 

Bagi mereka, setiap pertemuan mengaji adalah kebahagiaan tersendiri. Jarak rumah yang jauh dari tempat belajar tidak menjadi alasan untuk absen. Ada yang berjalan kaki menembus jalan tanah, ada yang menempuh medan berbukit, hanya untuk duduk bersama membaca dan menghafal ayat-ayat suci. Di mata mereka, Al-Qur’an bukan sekadar buku suci — ia adalah teman, penuntun, dan sumber cahaya dalam kehidupan mereka.

Melihat ketulusan itu, Langkah Amanah tergerak untuk turut menyalakan semangat mereka. Melalui program Amanah Cendekia, tim menyalurkan 15 mushaf Al-Qur’an dan 10 buku Iqra’ kepada para santri kecil di desa tersebut. Bantuan ini memang sederhana, namun maknanya besar. Karena setiap lembar Al-Qur’an yang dibuka, setiap huruf yang dibaca, adalah langkah menuju keberkahan dan kemuliaan.

 

Kami berharap, tidak ada lagi anak-anak yang tertinggal dalam kemampuan membaca Al-Qur’an hanya karena keterbatasan sarana. Kami ingin setiap anak desa memiliki kesempatan yang sama untuk mengenal Kalamullah, menumbuhkan cinta kepada Al-Qur’an, dan tumbuh menjadi generasi Qur’ani yang cerdas dan berakhlak mulia.

 

Kunjungan ini bukan sekadar kegiatan penyaluran bantuan, melainkan perjalanan hati. Kami belajar dari ketulusan guru desa yang terus berjuang meski dalam keterbatasan, dan dari anak-anak kecil yang tak pernah menyerah mengejar ilmu meski harus menempuh jarak jauh. Dari mereka, kami belajar arti keikhlasan yang sebenarnya: berbuat bukan karena dilihat, tapi karena Allah yang Maha Melihat.

 

 

Program Amanah Cendekia lahir dari keyakinan bahwa ilmu adalah cahaya, dan cahaya itu harus terus disebarkan ke setiap sudut negeri. Di tengah derasnya arus modernisasi, masih ada pelosok yang merindukan sentuhan dakwah dan pendidikan. Di situlah Langkah Amanah ingin hadir — menyalakan lilin-lilin kecil yang suatu hari akan menjadi pelita besar bagi bangsa.

 

Kini, di sore hari yang tenang, suara anak-anak membaca Iqra’ menggema di antara pepohonan. “Alif… Ba… Ta…” terdengar lirih namun penuh makna. Setiap huruf yang mereka lantunkan adalah doa, setiap senyum mereka adalah harapan.

 

Mekar Mulya kini tidak lagi sekadar nama desa di pelosok Banten. Ia telah menjadi simbol bahwa cahaya Al-Qur’an bisa tumbuh di mana saja, bahkan di tempat yang jauh dari keramaian. Dan di balik itu, Langkah Amanah akan terus berkomitmen — berjalan, menebar manfaat, dan menyalakan cahaya ilmu, satu desa demi satu desa, hingga cahaya itu menerangi seluruh negeri.