Menyambut Idul Adha dengan Khusyuk: Panduan Shalat Idul Adha

Idul Adha adalah salah satu hari raya besar dalam Islam yang penuh dengan makna pengorbanan, ketundukan, dan ketaatan kepada Allah ﷻ. Hari ini bukan sekadar perayaan, tetapi juga momentum untuk memperdalam rasa syukur, merenungkan ketaatan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, serta meneguhkan kembali ikatan kita kepada Sang Pencipta.

 

Salah satu ibadah yang sangat dianjurkan pada hari raya Idul Adha adalah melaksanakan shalat Idul Adha. Shalat ini merupakan syiar Islam yang besar, dan Rasulullah ﷺ sangat menganjurkan umatnya untuk hadir dan menghidupkannya, baik laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda, bahkan wanita haid pun dianjurkan untuk turut menyaksikannya (tanpa ikut shalat), sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih.

 

Makna dan Keutamaan Shalat Idul Adha

Shalat Idul Adha bukan hanya ibadah ritual semata, tetapi juga simbol persatuan umat. Saat kaum Muslimin berkumpul di tanah lapang atau masjid, mereka saling menyapa dengan wajah penuh suka cita, mengagungkan nama Allah bersama-sama, dan mengingat kembali kisah agung Nabi Ibrahim dan Ismail yang menjadi teladan pengorbanan.

 

Di dalamnya terdapat takbir, tahmid, dan tahlil yang menggema sejak malam hingga pagi hari, menyemarakkan suasana dengan kalimat-kalimat yang membesarkan nama Allah. Keutamaan shalat ini tak lepas dari kedudukannya sebagai bagian dari sunnah muakkadah—sunnah yang sangat ditekankan oleh Nabi ﷺ.

 

Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Shalat Idul Adha dilaksanakan pada tanggal 10 Dzulhijjah, setelah matahari terbit dan meninggi setinggi tombak (sekitar 15–20 menit setelah terbit), hingga sebelum waktu zawal (tergelincirnya matahari). Waktu ini berbeda dari shalat-shalat wajib dan menunjukkan kekhususan ibadah Id.

 

Tempat pelaksanaannya lebih utama dilakukan di lapangan terbuka, sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah ﷺ, kecuali jika ada uzur seperti hujan atau kondisi darurat, maka boleh dilakukan di masjid atau bahkan di rumah.

 

Tata Cara Shalat Idul Adha

Shalat Idul Adha dilakukan dua rakaat, dan berikut tata cara pelaksanaannya:

1. Niat

Meskipun niat cukup di dalam hati, berikut contoh lafaz niat bagi yang ingin melafalkannya:

Ushalli sunnatal ‘idil adha rak‘ataini ma’muuman lillaahi ta‘aala
Aku niat shalat sunnah Idul Adha dua rakaat sebagai makmum karena Allah Ta‘ala.

(Jika menjadi imam, ganti “ma’muuman” dengan “imaaman”).

 

2. Takbir Tambahan

  • Pada rakaat pertama: setelah takbiratul ihram, dilanjutkan dengan 7 kali takbir tambahan (selain takbiratul ihram), diselingi bacaan dzikir seperti Subhanallah, walhamdulillah, wa laa ilaaha illallah, wallahu akbar.
  • Pada rakaat kedua: sebelum membaca al-Fatihah, mengucapkan 5 kali takbir tambahan.

3. Bacaan

  • Setelah takbir-takbir tambahan, imam membaca Surat Al-Fatihah dilanjutkan dengan surat lainnya, biasanya Surat Qaf atau Al-A‘la di rakaat pertama, dan Al-Ghasyiyah atau Al-Qamar di rakaat kedua—sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ.
  • Namun, membaca surat lainnya yang mudah juga diperbolehkan.

4. Ruku dan Sujud

  • Setelah bacaan selesai, dilanjutkan dengan ruku’, i‘tidal, sujud, dan gerakan shalat seperti biasa.

5. Khutbah

  • Setelah shalat selesai, imam menyampaikan khutbah dua bagian, seperti khutbah Jumat, namun isinya berkaitan dengan makna Idul Adha, kisah Nabi Ibrahim dan Ismail, keutamaan berkurban, serta ajakan bertakwa kepada Allah.
  • Khutbah Id tidak wajib, namun sangat dianjurkan untuk diikuti oleh jamaah.

 

Sunnah dan Adab Menyambut Idul Adha

Agar pelaksanaan shalat Idul Adha terasa khusyuk dan sesuai sunnah, ada beberapa adab dan amalan yang dianjurkan:

1. Mandi dan Berpakaian Terbaik

Disunnahkan mandi sebelum berangkat shalat, memakai pakaian terbaik (tidak harus baru, yang penting bersih dan rapi), serta mengenakan wangi-wangian (bagi laki-laki).

 

2. Tidak Makan Sebelum Shalat

Berbeda dari Idul Fitri yang dianjurkan makan terlebih dahulu, pada Idul Adha lebih utama untuk tidak makan sebelum shalat, agar makanan pertama yang dikonsumsi adalah daging kurban.

 

3. Bertakbir

Takbir dimulai sejak malam Id hingga hari-hari Tasyriq (11, 12, 13 Dzulhijjah) setelah setiap shalat fardhu. Di pagi hari sebelum shalat Id, takbir dilantunkan dengan penuh semangat dan kekhusyukan.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa ilaaha illallahu wallahu Akbar, Allahu Akbar wa lillaahil hamd.

 

4. Berjalan Menuju Tempat Shalat

Jika memungkinkan, berjalan kaki ke tempat shalat merupakan sunnah, sebagaimana Rasulullah ﷺ melakukannya.

 

5. Mengambil Jalan yang Berbeda saat Pulang

Rasulullah ﷺ pulang dari tempat shalat dengan melewati jalan yang berbeda dari saat berangkat. Ini menunjukkan syiar dan memperluas penyebaran salam serta takbir.

 

Khusyuk dalam Idul Adha: Lebih dari Sekadar Seremoni

Seringkali, euforia Idul Adha tertumpu pada penyembelihan hewan kurban, namun melupakan esensi dari pengorbanan itu sendiri. Shalat Id menjadi momen awal yang sangat penting untuk menyucikan niat dan menghidupkan ruh penghambaan. Khusyuk dalam shalat bukan hanya tentang konsentrasi pikiran, tapi juga hadirnya hati yang tunduk dan terhubung kepada Allah.

 

Mari kita jadikan shalat Idul Adha sebagai awal hari yang dipenuhi dengan syukur, ketaatan, dan semangat berkorban. Sehingga seluruh rangkaian ibadah Idul Adha bukan hanya ritual tahunan, tapi langkah nyata dalam mendekat kepada Allah ﷻ dan menguatkan solidaritas di antara sesama.