Dalam perjalanan hidup, kita sering kali sibuk mengejar mimpi, mencari rezeki, atau sekadar menikmati indahnya dunia. Kita berlari ke sana kemari, mengerahkan tenaga, menghabiskan waktu, bahkan mengorbankan istirahat demi dunia yang fana. Namun di tengah kesibukan itu, sering kita lupa pada sesuatu yang jauh lebih penting, sesuatu yang akan menentukan baik atau buruknya akhir kehidupan kita: sholat.
Padahal Allah telah memberikan kepada kita satu nikmat yang begitu besar—nikmat sehat. Dengan tubuh yang sehat, kita bisa bergerak bebas, tersenyum pada orang lain, mencari nafkah, belajar, berolahraga, bahkan bersenang-senang. Tetapi betapa sering kita menggunakan kesehatan itu hanya untuk urusan dunia, sementara untuk berdiri beberapa menit di hadapan Allah terasa begitu berat.
Sungguh, hal yang paling memalukan adalah ketika Allah menganugerahkan sehat, tetapi kita masih enggan melaksanakan sholat. Kita bisa menahan kantuk demi menonton film larut malam, tapi merasa sulit bangun untuk sholat Subuh. Kita sanggup berdiri lama dalam antrean tiket atau pusat perbelanjaan, tapi merasa berat berdiri dalam sholat beberapa rakaat.
Bukankah itu sebuah ironi?
Sehat yang Sering Baru Dihargai Saat Sakit
Coba renungkan, berapa banyak orang yang ketika sakit merintih dan berdoa agar Allah memberinya kesempatan untuk sembuh, agar bisa kembali sujud dengan tenang. Betapa banyak orang yang terbaring lemah, bahkan sekadar berwudhu pun butuh bantuan orang lain. Saat itu, barulah ia sadar bahwa nikmat sehat yang dulu ia abaikan ternyata begitu mahal.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Ada dua nikmat yang banyak manusia tertipu di dalamnya: nikmat sehat dan waktu luang.” (HR. Bukhari)
Nikmat sehat dan waktu luang adalah ladang untuk beramal. Namun, betapa banyak yang justru terlena, menggunakan kesehatan untuk melupakan Allah, dan menggunakan waktu luang untuk kesia-siaan.
Sholat: Ukuran Kebaikan Hidup Kita
Sholat bukan sekadar kewajiban, ia adalah tiang agama. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Amal yang pertama kali dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah sholat. Jika sholatnya baik, maka baiklah seluruh amalnya. Jika sholatnya rusak, maka rusaklah seluruh amalnya.” (HR. Tirmidzi)
Maka bagaimana mungkin kita berharap amal-amal lain diterima, sementara sholat kita masih sering kita lalaikan? Betapa besar kerugian kita jika sehat dipakai untuk bekerja, bermain, dan bersenang-senang, tetapi tidak digunakan untuk menjaga sholat.
Jangan Tunggu Lemah Baru Bersujud
Saudaraku, jangan menunggu usia renta untuk sadar, jangan menunggu tubuh lemah baru ingin bersujud, jangan menunggu sakit baru ingin kembali kepada Allah. Karena kematian tidak menunggu kita tua, dan penyesalan tidak menunggu kita sakit.
Setiap rakaat sholat adalah kesempatan berbicara dengan Allah. Setiap sujud adalah momen mendekatkan diri kepada-Nya. Dan setiap kali kita menyia-nyiakan sholat, sebenarnya kita sedang menyia-nyiakan diri sendiri.
Malu pada Nikmat Allah
Maka, mari kita jujur pada diri sendiri. Bukankah kita sering merasa malu ketika berhutang budi pada manusia, tetapi tidak malu ketika berhutang syukur kepada Allah? Bukankah kita merasa bersalah jika mengecewakan orang tua, tetapi tidak merasa berdosa ketika meninggalkan sholat?
Padahal, Allah lah yang memberi sehat. Allah lah yang memberi waktu. Allah lah yang memberi kehidupan. Dan Allah pula yang akan meminta pertanggungjawaban.
Jangan tunggu nanti, karena nanti bisa jadi tidak ada lagi kesempatan. Selagi sehat, selagi masih kuat, selagi napas masih berhembus, gunakanlah tubuh ini untuk hal yang paling mulia: berdiri, rukuk, dan sujud kepada Allah.
Karena sehat adalah amanah, dan sholat adalah bukti syukur atas amanah itu. Jangan biarkan diri ini dipermalukan oleh nikmat sehat yang kita sia-siakan.