Muda Hanya Sekali, Jangan Sia-siakan untuk Hal yang Tak Abadi

Usia muda adalah anugerah yang tak ternilai. Ia datang hanya sekali dalam kehidupan setiap manusia. Masa di mana tubuh masih kuat, semangat masih menyala, dan peluang terbuka lebar. Namun, sayangnya, banyak yang menyia-nyiakan masa emas ini untuk hal-hal yang sementara, fana, bahkan tak jarang menjauhkan diri dari nilai-nilai kebaikan. Padahal, muda tidak pernah menjadi jaminan akan panjangnya umur. Maka, bijaklah mengelola usia muda sebelum penyesalan datang di hari tua, atau lebih tragis lagi, sebelum kematian menjemput dalam keadaan lalai.

 

Usia Muda Bukan Sekadar Fase, Tapi Amanah

Dalam Islam, usia muda adalah amanah. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai ditanya tentang empat perkara…”
Salah satunya adalah “tentang masa mudanya, untuk apa ia habiskan.” (HR. At-Tirmidzi)

Hadis ini menegaskan bahwa masa muda adalah tanggung jawab besar. Kita akan ditanya bagaimana kita memanfaatkannya. Apakah untuk mengejar ilmu? Membantu sesama? Menebar manfaat? Atau justru untuk larut dalam kesenangan sesaat yang melalaikan?

 

Sebagian dari kita merasa bahwa masa muda adalah waktu untuk bersenang-senang, menjajal dunia, dan menikmati hidup semaunya. Tidak sedikit yang berujar, “Nanti saja tobatnya, kalau sudah tua.” Padahal, siapa yang bisa menjamin kita akan bertemu usia tua?

 

Ketika Kematian Tak Pandang Usia

Kematian adalah rahasia terbesar hidup. Ia bisa datang kapan saja dan kepada siapa saja, tanpa memandang usia. Betapa banyak kita mendengar berita tentang anak muda yang meninggal mendadak: karena sakit, kecelakaan, atau sebab-sebab lain yang tak terduga. Maka, menunda berbuat baik dan bertobat hanya karena merasa masih muda adalah bentuk kelalaian yang berbahaya.

 

Seorang bijak pernah berkata: “Kematian itu bukan milik orang tua, tapi milik semua yang bernyawa.” Maka, siapa pun yang masih hidup, tak peduli tua atau muda, harus bersiap menghadapi hari di mana semua amal akan diperhitungkan.

 

Memanfaatkan Masa Muda: Dari Fisik, Waktu, hingga Pikiran

Saat masih muda, kita memiliki tiga kelebihan utama: fisik yang kuat, waktu yang lebih longgar, dan pikiran yang masih tajam. Tiga hal ini adalah modal luar biasa untuk berbuat kebaikan dan membangun amal abadi.

1. Gunakan fisik untuk ibadah dan membantu sesama.
Ikut kegiatan sosial, rajin berolahraga untuk menjaga kesehatan, dan tak malas menunaikan kewajiban agama. Jangan tunggu lutut lemah baru ingin ke masjid.

2. Gunakan waktu untuk belajar dan memperbaiki diri.
Belajar agama, membaca buku bermanfaat, mengikuti kajian, atau memperluas wawasan. Usia muda adalah fase membentuk karakter. Apa yang ditanam sekarang, akan dituai di masa depan.

3. Gunakan pikiran untuk membuat keputusan bijak.
Jangan terburu-buru terbawa arus pergaulan atau tren yang merusak. Belajarlah berpikir kritis dan bijaksana. Jangan sampai penyesalan datang karena keputusan ceroboh saat muda.

 

Kehidupan yang Abadi Ada Setelah Mati

Mengapa kita harus serius mengisi masa muda dengan kebaikan? Karena kehidupan ini bukan akhir dari segalanya. Dunia hanyalah persinggahan. Yang abadi adalah akhirat. Maka semua usaha, amal, dan pilihan hidup harus diarahkan ke sana.

 

Allah berfirman:

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu di dunia…” (QS. Al-Qashash: 77)

Ayat ini mengingatkan kita untuk tetap menyeimbangkan dunia dan akhirat. Manfaatkan karunia usia muda untuk menabung bekal kehidupan abadi, tanpa melupakan realitas dunia. Tapi jangan sampai kita terjebak hanya mengejar dunia dan melalaikan tujuan utama hidup: meraih ridha Allah.

 

Muda Itu Sekali, Tapi Pahalanya Bisa Abadi

Masa muda tak akan kembali. Tapi amal baik yang dilakukan saat muda bisa menjadi pahala yang terus mengalir. Jadikan masa muda ladang investasi akhirat: dari shalat yang khusyuk, akhlak yang mulia, karya yang bermanfaat, hingga sedekah yang ikhlas.

 

Jangan tunggu tua untuk berubah, karena tidak ada jaminan kita akan sampai ke sana. Jika kita masih muda hari ini, itu bukan karena hebatnya kita, tapi karena Allah masih memberi waktu untuk memperbaiki diri.

Jangan tunggu nanti. Karena mungkin, “nanti” tidak akan pernah datang.