Pelajaran Berharga: Pentingnya Shalat dan Dekat dengan Al-Qur’an

Di antara lautan nikmat yang Allah curahkan kepada manusia, nikmat terbesar adalah hidayah kepada iman dan Islam. Dari iman itulah tumbuh kesadaran akan kewajiban-kewajiban sebagai hamba, termasuk dua hal pokok yang menjadi ruh dan cahaya dalam kehidupan seorang Muslim: shalat dan Al-Qur’an.

 

Sayangnya, dalam hiruk-pikuk kehidupan modern, di tengah kejaran dunia, manusia acap lupa bahwa keberhasilan hakiki tidak diukur dari gelar, kekayaan, atau popularitas, tetapi dari seberapa dekat dirinya dengan Tuhannya. Dua hal ini—shalat dan Al-Qur’an—adalah sarana utama untuk menjaga kedekatan itu.

 

Shalat: Titik Pertemuan Antara Hamba dan Rabb-nya

Shalat adalah ibadah pertama yang diwajibkan dalam Islam. Ia menjadi pembatas antara iman dan kekufuran, sebagaimana sabda Nabi ﷺ:

“Pembatas antara seorang hamba dengan kekufuran adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim)

Bukan tanpa sebab shalat disebut sebagai “tiang agama”. Tanpa tiang, bangunan akan runtuh; demikian pula agama seseorang tanpa shalat—akan rapuh, bahkan hancur.

 

Shalat bukan hanya ritual fisik; ia adalah dialog antara makhluk dengan Penciptanya. Dalam setiap rakaat, seorang Muslim mengucapkan Al-Fatihah, surat agung yang mengandung segala makna ibadah: pengakuan akan keagungan Allah, permohonan hidayah, dan kecintaan pada jalan yang lurus.

 

Namun sayang, di zaman ini banyak yang shalat karena kewajiban, bukan karena cinta. Rutinitas mengalahkan kesadaran hati. Padahal Rasulullah ﷺ menggambarkan shalat sebagai “penyejuk mata” beliau:

“Dijadikan penyejuk hatiku dalam shalat.” (HR. An-Nasa’i, Ahmad)

Jika shalat dilakukan dengan khusyuk, ia akan menjadi pelindung dari keburukan:

“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.” (QS. Al-‘Ankabut: 45)

Berapa banyak kezaliman, dosa, dan kerusakan yang menjauh dari seseorang karena shalatnya? Dan berapa banyak pula hati yang rusak, hati yang kering, karena lalai dari shalat?

 

Shalat adalah kebutuhan, bukan sekadar kewajiban. Seperti tubuh butuh air, jiwa pun butuh sujud.

 

Al-Qur’an: Petunjuk Sepanjang Zaman

Bersanding dengan shalat, Al-Qur’an adalah sumber kehidupan hati. Tanpa Al-Qur’an, manusia ibarat berjalan dalam gelap, meraba-raba makna hidup tanpa arah.

 

Al-Qur’an diturunkan bukan sekadar untuk dibaca secara lisan, melainkan untuk dipahami, direnungi, dan diamalkan:

“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka mentadabburi ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang berakal.” (QS. Shad: 29)

Sayangnya, tak sedikit Muslim yang akrab dengan gadget, berita, media sosial—namun jauh dari mushaf. Berapa lama kita menatap layar, dibanding waktu yang kita luangkan untuk membaca Al-Qur’an? Kadang sehari tak tersentuh, bahkan seminggu berlalu tanpa satu ayat pun diresapi.

 

Padahal di dalam Al-Qur’an terdapat jawaban dari segala pencarian manusia: tentang hakikat diri, makna kehidupan, jalan keselamatan, rahasia kebahagiaan. Segala kecemasan, kegelisahan, kebingungan, hanya bisa terobati dengan kalamullah ini.

 

Ibnu Qayyim rahimahullah berkata:

“Tidak ada sesuatu yang lebih bisa memberi kehidupan bagi hati, daripada tadabbur Al-Qur’an.”

Berapa banyak orang tersentuh hatinya hanya dengan satu ayat? Berapa banyak dosa ditinggalkan karena satu pesan dari Al-Qur’an? Ia adalah mukjizat abadi.

 

Menghubungkan Shalat dan Al-Qur’an: Dua Sayap Menuju Kedekatan dengan Allah

Kedua amalan ini—shalat dan Al-Qur’an—tidak bisa dipisahkan. Keduanya saling melengkapi. Bahkan di dalam shalat sendiri, Al-Qur’an menjadi ruh utama. Tidak sah shalat tanpa Al-Fatihah. Tidak sempurna shalat tanpa ayat-ayat Allah yang dibaca dan direnungi.

 

Orang yang menjaga shalatnya, niscaya terdorong untuk dekat dengan Al-Qur’an. Dan orang yang mencintai Al-Qur’an, pasti tidak akan melalaikan shalatnya. Inilah harmoni ibadah seorang hamba.

 

Rasulullah ﷺ mengingatkan tentang keutamaan Al-Qur’an di Hari Kiamat:

“Bacalah Al-Qur’an, karena ia akan datang pada Hari Kiamat sebagai pemberi syafaat bagi para pembacanya.” (HR. Muslim)

Dan tentang shalat, beliau bersabda:

“Amalan pertama yang akan dihisab dari seorang hamba di hari kiamat adalah shalatnya. Jika shalatnya baik, maka seluruh amalannya pun baik…” (HR. Tirmidzi)

Maka siapa yang ingin hidupnya terarah, hatinya tenang, pikirannya jernih, langkahnya selamat di dunia dan akhirat, jagalah dua hal ini: shalat dan Al-Qur’an.

 

Pelajaran Berharga dari Orang-Orang Shalih

Dalam sirah para salaf, kita dapati kisah-kisah menakjubkan tentang kedekatan mereka dengan shalat dan Al-Qur’an. Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu, sang khalifah, mampu menghatamkan Al-Qur’an dalam satu rakaat qiyamul lail. Imam Asy-Syafi’i menghatamkan Al-Qur’an dua kali dalam sehari di bulan Ramadhan. Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, ketika mendengar satu ayat tentang azab Allah, tubuhnya lemas berhari-hari.

 

Mengapa mereka bisa begitu? Karena hati mereka hidup. Dan hati yang hidup hanya akan bisa demikian jika disirami shalat dan Al-Qur’an setiap hari.

 

Lihat pula orang-orang yang mengabaikan dua hal ini—betapa mudah marah, gelisah, hampa, mudah putus asa, bahkan tak tahu lagi untuk apa hidup di dunia ini.

 

Waktu untuk Berbenah

Jika selama ini kita belum menjaga shalat dengan benar, jika mushaf masih berdebu di rak buku, inilah saatnya berbenah. Tak ada kata terlambat untuk memulai kembali.

 

Mulailah dari shalat lima waktu tepat waktu. Rasakan maknanya. Jangan terburu-buru. Biarkan hati berbicara di hadapan Allah.

 

Lalu bukalah Al-Qur’an, walau hanya satu ayat sehari. Bacalah dengan makna. Tadabburi pesan-pesannya. Resapi setiap kalimatnya, seolah Allah sedang berbicara langsung kepadamu.

 

Dari dua amalan inilah kekuatan hati akan lahir. Dari sini pula ketenangan, keberkahan, dan kesuksesan sejati akan tumbuh.

 

Sebab siapa yang menegakkan shalat dan mencintai Al-Qur’an, Allah akan menjaganya di dunia dan mengangkat derajatnya di akhirat.

“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberi petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh, bahwa bagi mereka pahala yang besar.” (QS. Al-Isra: 9)

Semoga Allah menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang menjaga shalat dan mencintai Al-Qur’an sepanjang hayat.