Hidup ini adalah perjalanan panjang yang penuh dengan ujian, pergulatan, dan pencarian jati diri. Dalam setiap langkah, kita seringkali lebih mudah melihat kekurangan orang lain daripada menengok ke dalam diri sendiri. Padahal, Allah ﷻ telah mengingatkan kita bahwa sebaik-baik manusia adalah mereka yang sibuk memperbaiki diri, bukan sibuk mencari aib sesama.
Fenomena ini nyata dalam kehidupan sehari-hari. Tidak jarang kita mendengar gosip, celaan, atau komentar pedas tentang kesalahan orang lain. Bahkan, di era digital sekarang, jari-jemari lebih cepat menuliskan kritik di media sosial dibandingkan menuliskan doa untuk kebaikan diri. Padahal, sejatinya setiap manusia memiliki dosa dan kekurangan yang Allah tutupi dengan rahmat-Nya. Jika Allah menutupi aib kita, mengapa kita begitu gemar membuka aib orang lain?
Cermin Diri Lebih Jujur dari Seribu Kritik
Imam Al-Ghazali pernah berkata, “Orang yang sibuk dengan aib dirinya sendiri, maka ia tidak akan sempat melihat aib orang lain.” Inilah kunci keselamatan hati. Orang yang senantiasa bercermin pada dirinya akan sadar bahwa ia bukanlah manusia sempurna. Ia akan lebih sibuk beristighfar, berdoa, dan memperbaiki kekurangannya, daripada meluangkan waktu untuk menguliti kelemahan orang lain.
Dalam Al-Qur’an, Allah ﷻ berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak dari prasangka. Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain serta jangan menggunjing satu sama lain.” (QS. Al-Hujurat: 12)
Ayat ini menegaskan bahwa mencari aib orang lain bukan hanya perbuatan tercela, tetapi juga jalan menuju dosa.
Aib Orang Lain Bukan Urusan Kita
Seandainya kita tahu seluruh kekurangan saudara kita, apakah itu berarti kita lebih baik darinya? Belum tentu. Bisa jadi, di balik kesalahan yang terlihat, ia memiliki amal-amal tersembunyi yang jauh lebih mulia di sisi Allah dibanding amal kita. Mengumbar aib orang lain hanyalah menambah beban dosa diri sendiri, sementara memperbaiki diri justru menjadi jalan menuju rahmat Allah.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barangsiapa menutupi aib seorang Muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat.” (HR. Muslim)
Hadis ini mengajarkan bahwa menutupi aib orang lain adalah bentuk kasih sayang dan jalan untuk mendapatkan ampunan Allah. Sebaliknya, membuka aib orang lain hanya akan menjadi bumerang yang pada akhirnya merusak kehormatan kita sendiri.
Fokus pada Perbaikan Diri
Daripada sibuk mengomentari kehidupan orang lain, lebih baik kita bertanya pada diri sendiri:
- Sudahkah aku shalat tepat waktu?
- Sudahkah aku memperbaiki tutur kata?
- Sudahkah aku berbuat baik kepada orang tua dan sesama?
- Sudahkah aku menjaga hati dari iri, dengki, dan sombong?
Kesibukan memperbaiki diri jauh lebih bermanfaat daripada melibatkan diri dalam urusan yang tidak memberi nilai apa pun untuk akhirat. Orang yang sibuk memperbaiki dirinya akan menjadi pribadi yang tenang, rendah hati, dan bijaksana dalam bersikap.
Hidup ini terlalu singkat untuk dihabiskan dengan mencari aib orang lain. Setiap detik adalah kesempatan emas untuk memperbaiki diri, mendekat kepada Allah, dan menambah bekal akhirat. Mari jadikan diri kita lebih sibuk dengan introspeksi, bukan dengan celaan. Sebab, ketika kita sibuk memperbaiki diri, Allah akan menutup aib kita, meninggikan derajat kita, dan memberikan cahaya di hati kita.
Maka, peganglah pesan sederhana namun mendalam ini: “Perbaiki dirimu, jangan sibuk dengan aib orang lain.” Karena dengan itu, hidup kita akan lebih damai, hati kita lebih bersih, dan langkah kita lebih ringan menuju ridha Allah ﷻ.