Saat Hidup Menguji, Kujadikan Sabar dan Sholat Sebagai Penolong

Hidup tak selalu berjalan mulus seperti jalan tol yang lebar dan rata. Ia kadang berliku, terjal, bahkan menanjak curam. Ujian dan cobaan seolah datang silih berganti, menyapa tanpa diundang, hadir tanpa permisi. Di saat itulah manusia diuji hakikat keteguhan hatinya. Apakah ia akan menyerah pada keadaan, atau justru bangkit dengan kekuatan yang terpendam dalam dirinya. Dan bagi seorang mukmin sejati, ada dua bekal utama yang menjadi penopang hidup: sabar dan sholat.

 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.” (QS. Al-Baqarah: 45)

Ayat ini seperti petunjuk ilahi yang menenangkan gundah manusia. Bahwa di balik segala kegelisahan dan kegagalan, ada dua pintu yang selalu terbuka: kesabaran dan sholat.

 

Sabar: Pondasi Kekuatan Jiwa

Sabar bukan berarti lemah atau menyerah. Sabar adalah kekuatan jiwa yang mampu menahan diri dari keluh kesah, dari amarah, dari sikap tergesa-gesa yang merusak. Sabar mengajarkan untuk tetap tenang ketika badai datang, yakin bahwa setiap ujian pasti ada akhirnya.

 

Bahkan Rasulullah ﷺ bersabda:

Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin. Semua urusannya adalah kebaikan baginya. Jika mendapat kesenangan, dia bersyukur, maka itu baik baginya. Jika ditimpa kesusahan, dia bersabar, maka itu juga baik baginya.” (HR. Muslim)

Sabar adalah penolong utama di saat manusia tidak mampu mengubah keadaan seketika. Saat tubuh lelah, hati gundah, pikiran resah, hanya sabar yang dapat menguatkan diri untuk tetap bertahan.

 

Sholat: Titik Temu dengan Sang Pemilik Kehidupan

Selain sabar, Allah memerintahkan hamba-Nya untuk menjadikan sholat sebagai penolong. Mengapa sholat? Sebab dalam sholat, seorang hamba benar-benar berhadapan dengan Rabb-nya. Ia menumpahkan segala keluh, duka, harap, dan cita di hadapan Yang Maha Mendengar.

 

Rasulullah ﷺ ketika dirundung kesulitan besar, menjadikan sholat sebagai pelipur lara. Beliau bersabda kepada Bilal:

Wahai Bilal, istirahatkanlah kami dengan sholat.” (HR. Abu Dawud)

Sholat bukan sekadar gerakan fisik atau bacaan lisan. Ia adalah komunikasi batin antara manusia dan Penciptanya. Di dalam sholat, seorang mukmin menemukan ketenangan yang tidak bisa diberikan dunia. Hati yang guncang kembali teguh. Jiwa yang resah kembali damai. Kekuatan yang hilang kembali terisi.

 

Bahkan, dalam sujud—posisi terendah manusia di bumi—sejatinya di sanalah manusia berada di titik tertinggi kedekatannya dengan Allah. Di sana ia bermunajat, mengakui kelemahan, memohon pertolongan, dan menanti jawaban.

 

Berat, Namun Terbuka untuk Orang yang Khusyuk

Allah menegaskan bahwa menjadikan sabar dan sholat sebagai penolong memang berat. Tidak semua orang mampu. Dunia mengajarkan manusia untuk bertindak cepat, mengeluh, protes, bahkan putus asa. Sabar dan sholat mengajarkan sebaliknya: tenang, berserah, yakin, penuh harap pada pertolongan Allah.

 

Namun ada satu golongan yang mampu melaluinya: orang-orang yang khusyuk. Mereka yang hatinya sadar akan hakikat hidup, mengingat akhirat, tidak tertipu oleh gemerlap dunia. Mereka melihat setiap ujian sebagai jalan menuju Allah, bukan sekadar musibah tanpa makna.

 

Buah Manis dari Sabar dan Sholat

Apa yang didapat orang yang sabar dan menjaga sholat? Allah menjanjikan:

 

1. Pertolongan-Nya langsung (QS. Al-Baqarah: 153),

 

2. Ketenangan hati (QS. Ar-Ra’d: 28),

 

3. Kemenangan hakiki di dunia dan akhirat (QS. Al-Anfal: 46),

 

4. Ampunan dosa dan derajat yang tinggi di sisi-Nya (HR. At-Tirmidzi).

 

Berapa banyak kisah para nabi, sahabat, dan orang saleh yang berhasil melewati ujian berat karena dua hal ini? Nabi Ayyub AS sabar dalam sakit bertahun-tahun. Nabi Yunus AS berdoa dalam perut ikan. Rasulullah ﷺ bersabar menghadapi gangguan Quraisy dan bermunajat di malam hari. Mereka semua menjadikan sabar dan sholat sebagai jalan keluar.

 

Mari Menguatkan Diri

Hidup memang penuh ujian. Tak ada yang selamat darinya, baik yang miskin maupun kaya, yang sehat maupun sakit. Namun kabar baiknya:

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai kemampuannya” (QS. Al-Baqarah: 286).

Kita sanggup, asal mau mengandalkan dua penolong utama ini: sabar dan sholat.

 

Maka saat hidup menguji, jangan mencari pelarian pada keluhan atau keputusasaan. Kembalilah kepada Allah. Berdirilah di atas sajadah. Bersabarlah menghadapi takdir. Niscaya jalan keluar akan datang dari arah yang tak disangka.

 

Sebagaimana janji-Nya:

Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menjadikan baginya jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (QS. At-Talaq: 2-3)

 

Saat hidup menguji, kujadikan sabar dan sholat sebagai penolong. Karena di sanalah letak kekuatan sejati seorang mukmin.