Setiap insan yang hidup di dunia ini pasti bergantung pada satu hal yang disebut rezeki. Ia menjadi sebab manusia bangun pagi, bergegas ke tempat kerja, membuka usaha, menimba ilmu, bahkan rela bermigrasi ke negeri jauh. Namun, seiring dengan derasnya arus kompetisi dan tekanan hidup zaman modern, tak sedikit dari kita yang lupa bahwa rezeki bukan semata hasil dari kerja keras atau kecerdasan. Di balik semua usaha itu, ada tangan tak terlihat yang menentukan: yaitu kehendak Allah.
Seringkali kita melihat dua orang yang sama-sama rajin bekerja, namun hasilnya berbeda jauh. Yang satu dilimpahi kecukupan, yang satu lagi terus berkekurangan. Ada pula yang merasa sudah melakukan segala hal, namun pintu rezekinya seakan tertutup rapat. Dalam kondisi seperti ini, muncullah pertanyaan di hati: “Apa yang kurang dari usahaku?” Di sinilah pentingnya kita memahami bahwa usaha saja tidak cukup. Kunci pembuka keberkahan dan kelapangan rezeki itu bernama tawakal.
Usaha Adalah Kewajiban, Bukan Jaminan
Allah tidak pernah melarang hamba-Nya untuk bekerja keras. Bahkan dalam Al-Qur’an dan hadits, semangat kerja dan ikhtiar sangat ditekankan. Rasulullah SAW bersabda:
“Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki. Ia pergi pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. Tirmidzi)
Perhatikan, burung itu pergi. Artinya, ia berusaha. Tapi hasil akhirnya, yaitu pulang dalam keadaan kenyang, adalah karena tawakalnya kepada Allah. Inilah yang sering luput dari perhatian: bahwa usaha hanyalah wasilah (perantara), sementara yang menentukan hasilnya adalah Allah semata.
Tawakal Bukan Berdiam Diri
Sebagian orang menyalahartikan tawakal sebagai pasrah tanpa usaha. Padahal, tawakal adalah puncak keyakinan setelah melakukan ikhtiar terbaik. Ketika seseorang sudah mencurahkan tenaga, waktu, dan pikirannya dalam mencari rezeki yang halal, maka saat itulah ia dituntut untuk menyerahkan hasilnya kepada Allah. Tawakal bukanlah pengganti usaha, tapi pelengkap yang menyempurnakan usaha itu.
Tawakal melatih hati agar tidak terlalu tergantung pada sebab-sebab duniawi. Ia menanamkan ketenangan, bahwa apapun hasil dari usaha kita, semua sudah ditetapkan oleh Dzat Yang Maha Memberi.
Rezeki Tak Pernah Tertukar, Apalagi Tertahan
Salah satu keajaiban dari tawakal adalah: ia membuka pintu-pintu rezeki yang tak pernah disangka. Ada banyak kisah nyata bagaimana seseorang yang bersungguh-sungguh dalam bekerja dan memasrahkan hasilnya kepada Allah, justru mendapatkan rezeki dari arah yang tidak pernah ia perhitungkan sebelumnya. Allah SWT berfirman:
“Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, maka cukuplah Allah baginya.” (QS. At-Talaq: 2-3)
Ayat ini menegaskan bahwa tawakal adalah bentuk keimanan yang mendalam. Allah tidak hanya menjanjikan rezeki, tetapi juga jaminan kecukupan. Ketika kita benar-benar menyerahkan diri kepada-Nya, kita tidak akan pernah merasa kekurangan.
Mengukur Rezeki dengan Kacamata Syukur
Tawakal juga melatih kita untuk tidak hanya mengejar angka, tapi juga makna. Rezeki tidak selalu dalam bentuk materi. Kesehatan yang stabil, anak-anak yang shalih, rumah tangga yang damai, teman yang tulus—semua itu adalah bagian dari rezeki yang tak ternilai.
Dengan tawakal, hati menjadi lapang. Kita belajar menerima dengan syukur, dan tetap berusaha dengan sabar. Dalam kondisi seperti ini, rezeki tidak akan pernah tertahan, karena hati kita tidak lagi mengukurnya dengan logika dunia semata.
Ketika Hati Yakin, Langit pun Terbuka
Tawakal bukan tentang duduk diam menunggu mukjizat, tapi tentang bergerak maju dengan niat yang lurus, kemudian menyerahkan hasilnya pada Sang Pencipta. Ia mengajarkan kita bahwa nilai sejati bukan diukur dari seberapa banyak yang kita miliki, melainkan dari seberapa dalam kita percaya kepada Allah. Dan saat kepercayaan itu benar-benar tumbuh di hati, maka rezeki akan datang dari arah yang tak disangka, dengan cara yang tak terduga.
Ketika usaha dan tawakal bersatu, kita akan melihat bahwa dunia ini hanya sementara, tapi rahmat Allah tidak pernah terbatas. Kita tak lagi gelisah saat hasil tak sesuai harap, karena kita yakin bahwa yang terbaik selalu datang pada waktunya. Kita pun tak sombong saat berlimpah harta, karena sadar bahwa semua hanyalah titipan dari-Nya.
Maka marilah kita terus berikhtiar dengan sungguh-sungguh, jujur, dan penuh dedikasi. Namun jangan lupa, letakkan hasil akhirnya di tangan Allah. Karena saat usaha bertemu tawakal, rezeki tak hanya datang… ia mengalir, menyatu dengan keberkahan, dan menyejukkan jiwa yang percaya.
Sesungguhnya, rezeki tidak akan tertukar. Dan ia juga tidak akan tertahan—bagi hati yang yakin dan bertawakal sepenuhnya kepada Allah.