Takwa di Zaman Modern: Tetap Taat di Tengah Godaan Dunia

Zaman modern telah membawa manusia ke puncak kemajuan teknologi dan informasi. Segala sesuatu kini dapat diakses dengan mudah, cepat, dan nyaris tanpa batas. Namun, seiring derasnya arus kemajuan, tantangan spiritual dan moral pun meningkat. Dalam dunia yang begitu terbuka dan penuh godaan, mempertahankan ketakwaan bukanlah perkara ringan. Tapi justru di tengah derasnya arus itulah, takwa menjadi pelampung yang menyelamatkan jiwa dari tenggelam dalam arus dunia.

 

Takwa: Lebih dari Sekadar Takut

Takwa sering dimaknai sebagai rasa takut kepada Allah, namun sejatinya takwa lebih luas dari itu. Ia adalah bentuk kesadaran mendalam akan kehadiran Allah dalam setiap aspek kehidupan. Takwa adalah sikap hati yang membuat seseorang berhati-hati dalam ucapan, tindakan, dan pilihan hidupnya. Dalam sebuah riwayat, Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu bertanya kepada Ubay bin Ka’ab tentang hakikat takwa. Ubay menjawab, “Pernahkah engkau berjalan di jalan penuh duri?” Umar menjawab, “Pernah.” Ubay bertanya, “Apa yang kau lakukan?” Umar berkata, “Aku berhati-hati agar tidak menginjak duri.” Ubay pun berkata, “Itulah takwa.”

 

Di era digital saat ini, ‘jalan berduri’ tidak lagi hanya berupa lingkungan fisik yang buruk, tetapi juga layar kecil di tangan kita. Dengan sekali klik, kita bisa terseret ke dalam keburukan yang tersembunyi atau terang-terangan. Media sosial, video hiburan, berita sensasional, gaya hidup hedonistik—semua bisa menumpulkan kepekaan hati dan menjauhkan dari ketakwaan jika tidak disikapi dengan waspada.

 

Menjaga Takwa di Era Digital

Bagaimana menjaga takwa di zaman yang serba cepat dan penuh distraksi ini? Kuncinya adalah kesadaran, disiplin, dan lingkungan.

1. Kesadaran Diri (Muraqabah):
Sadar bahwa Allah Maha Melihat adalah kunci utama. Ketika membuka ponsel, browsing internet, berbicara di ruang publik atau posting di media sosial, hadirkan kesadaran bahwa semua tercatat oleh Allah. Inilah bentuk muraqabah, yaitu merasa diawasi oleh-Nya dalam setiap waktu.

 

2. Disiplin Waktu dan Konten:
Takwa hari ini juga menuntut kemampuan mengatur waktu dan membatasi konten. Jangan sampai teknologi yang seharusnya menjadi alat, malah menjadi majikan yang memperbudak kita. Disiplin dalam menggunakan waktu untuk hal-hal bermanfaat, menghindari konten yang merusak iman, dan menyisihkan waktu untuk ibadah secara konsisten adalah bentuk takwa modern.

 

3. Memilih Lingkungan dan Influencer:
Di masa lalu, lingkungan adalah rumah dan tetangga. Sekarang, lingkungan kita bisa berupa orang-orang yang kita ikuti di media sosial. Memilih siapa yang memberi pengaruh pada pikiran dan hati kita sangat penting. Berteman dan mengikuti tokoh yang mengajak kepada kebaikan bisa memperkuat ketakwaan.

 

Godaan Dunia Tidak Pernah Habis

Dunia modern menawarkan kemudahan sekaligus jebakan. Konsumerisme, individualisme, dan kejar popularitas adalah nilai-nilai yang kini dipuja. Ketakwaan justru mengajarkan nilai sebaliknya: hidup sederhana, berbagi, dan mengutamakan ridha Allah, bukan pujian manusia. Dalam Al-Qur’an, Allah telah mengingatkan:

“Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menjadikan baginya jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka…” (QS. At-Talaq: 2-3)

Ayat ini bukan hanya tentang solusi dalam kesulitan ekonomi, tetapi juga tentang pertolongan Allah dalam menghadapi krisis iman, tekanan sosial, dan tantangan moral. Ketika seseorang istiqamah dalam takwa, Allah akan memudahkan langkah-langkah hidupnya, bahkan dalam hal-hal yang menurut logika manusia mustahil.

 

Takwa: Gaya Hidup Orang Beriman

Takwa bukan pakaian saat Ramadhan saja. Bukan pula hanya hadir dalam sujud panjang atau dzikir sesaat. Ia adalah gaya hidup, way of life yang menjiwai setiap keputusan, mulai dari memilih pekerjaan, berdagang, membina rumah tangga, sampai cara bersosial di dunia nyata maupun digital. Orang bertakwa akan selalu menimbang: “Apakah ini diridhai Allah? Apakah ini mendekatkan atau menjauhkan dari-Nya?”

 

Jika takwa menjadi ruh kehidupan, maka segala urusan akan menjadi ibadah. Bahkan hal sekecil senyum kepada tetangga, membuang sampah pada tempatnya, hingga menahan jari dari komentar buruk di internet—semua menjadi amal saleh yang ditimbang di akhirat.

 

Tetap Taat Meski Dunia Berubah

Zaman boleh berubah, tantangan boleh berganti rupa, namun prinsip hidup bertakwa tetap abadi. Di tengah modernitas yang menggoda, orang bertakwa adalah mereka yang tetap kokoh memegang prinsip. Mereka adalah manusia langka yang tidak terbawa arus, tapi menjadi penerang di tengah gelapnya zaman.

 

Takwa bukanlah milik para ulama saja. Ia milik setiap muslim yang ingin dekat dengan Allah. Mari jadikan takwa sebagai pegangan utama dalam menjalani hidup, karena dengan takwa, kita tidak hanya selamat di dunia, tapi juga bahagia di akhirat.