Di antara banyak negeri yang terbentang di muka bumi ini, ada satu tanah yang namanya terukir bukan hanya dalam lembaran sejarah manusia, tapi juga dalam lembaran wahyu Ilahi. Tanah yang menjadi saksi bisu kelahiran para nabi, tempat di mana risalah langit diturunkan, dan bumi yang disebut Allah dengan lafaz “diberkahi”—itulah Palestina.
Nama Palestina hari ini sering hadir dalam benak kita sebagai simbol luka dan perjuangan. Ia muncul dalam tajuk berita sebagai negeri yang terus menangis, dihantam senjata, dipenuhi reruntuhan, dan dipertontonkan kepada dunia sebagai potret kemanusiaan yang dilukai. Namun, terlalu sayang jika kita membiarkan Palestina hanya dilihat dari kacamata konflik. Kita akan kehilangan makna terdalamnya bila memutus tanah ini dari akar spiritual dan warisan kenabian yang telah menancap kuat sejak ribuan tahun silam.
Palestina bukan sekadar titik di peta. Ia adalah saksi bagi perjalanan wahyu, ladang tempat para nabi menyeru manusia kepada tauhid, dan mihrab perjuangan yang tak pernah padam. Di sanalah Masjid Al-Aqsha berdiri teguh, menjadi kiblat pertama umat Islam, titik mi’raj Rasulullah SAW, dan pusat keberkahan yang memancar ke sekelilingnya. Dan dari sanalah pula, sejarah Islam menegaskan bahwa Palestina adalah amanah umat, bukan hanya secara geografis, tapi lebih dari itu—secara rohani dan aqidah.
Di tengah dunia yang semakin tergerus oleh lupa, sudah saatnya kita kembali menengok Palestina dari sudut pandang yang lebih dalam. Bukan hanya sebagai konflik politik, tapi sebagai bagian dari iman. Artikel ini mengajak kita menyelami kembali keberkahan tanah Palestina dalam cahaya wahyu dan sejarah—agar kita bisa menempatkannya dalam hati, bukan hanya di layar berita.
Disebut dalam Al-Qur’an: Sebuah Pengakuan Ilahi
Allah SWT menyebut tanah Palestina secara langsung maupun tidak langsung dalam berbagai ayat. Salah satu yang paling masyhur terdapat dalam Surah Al-Isra ayat 1:
“Maha Suci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami.” (QS. Al-Isra: 1)
Masjid Al-Aqsha, yang terletak di Yerusalem, adalah pusat spiritual dan sejarah dari tanah Palestina. Allah menyebut daerah di sekelilingnya sebagai “الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ” — yang telah Kami berkahi di sekelilingnya. Ini bukan hanya pujian, tapi pengakuan langsung dari Sang Pencipta tentang kemuliaan tempat tersebut.
Tak banyak tempat di dunia yang Allah sandarkan keberkahan secara eksplisit dalam Al-Qur’an. Palestina adalah salah satunya. Maka pantaslah bila umat Islam memandang tanah ini bukan dengan kacamata politik semata, tetapi dengan pandangan iman.
Jejak Para Nabi: Warisan Spiritualitas yang Abadi
Palestina bukan hanya diberkahi secara lafadz, tapi juga secara historis dan spiritual. Di sanalah banyak nabi diutus, tinggal, atau melintasinya. Nabi Ibrahim ‘alaihis salam berpindah dari Babilonia menuju Syam dan menetap di Palestina. Nabi Ishaq dan Ya’qub dimakamkan di Hebron. Nabi Musa memimpikan untuk masuk ke tanah ini, walaupun akhirnya wafat sebelum mencapainya. Dan tentu, Nabi Isa ‘alaihissalam lahir, berdakwah, dan diangkat di tanah ini.
Dari zaman ke zaman, Palestina adalah ladang para nabi. Di setiap sudutnya terkandung doa, perjuangan, bahkan darah suci yang tertumpah demi menegakkan tauhid. Ini menjadikan tanah Palestina bukan hanya kaya sejarah, tapi juga penuh muatan spiritual yang tidak bisa dihapus oleh waktu ataupun penjajahan.
Kiblat Pertama dan Titik Mi’raj: Simbol Perjalanan Rohani
Bagi umat Islam, Palestina bukan hanya tempat sejarah, tapi juga bagian dari rukun perjalanan spiritual. Masjid Al-Aqsha adalah kiblat pertama sebelum Allah memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk menghadap Ka’bah. Ini adalah pengakuan atas nilai spiritualitas Masjid Al-Aqsha sejak awal Islam.
Lebih dari itu, peristiwa Isra dan Mi’raj adalah pengingat bahwa perjalanan Nabi dari Makkah ke Al-Aqsha, dan dari sana ke Sidratul Muntaha, bukan tanpa makna. Palestina adalah jembatan antara dunia dan langit, antara bumi dan akhirat, antara manusia dan Rabb-nya. Bukan hal remeh bila Allah memilih Al-Aqsha sebagai titik pelepasan Mi’raj.
Tanah Ujian dan Janji
Namun keberkahan tak selalu berarti kedamaian duniawi. Justru karena keberkahannya, Palestina menjadi medan ujian bagi umat manusia. Sejak ribuan tahun, tanah ini menyaksikan konflik yang lahir dari kecintaan yang mendalam terhadapnya. Tidak sedikit darah para syuhada yang menyuburkan tanah itu—dari zaman Bani Israil hingga hari ini, dari pasukan Salahuddin hingga anak-anak Gaza.
Di balik penderitaan itu, ada janji Allah yang tak pernah sia-sia. Rasulullah SAW bersabda:
“Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku yang menang dalam kebenaran, tidak membahayakan mereka siapa pun yang menelantarkan mereka atau menentang mereka, hingga datang keputusan Allah sementara mereka tetap dalam keadaan demikian.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain, disebutkan bahwa kelompok ini berada di sekitar Baitul Maqdis. Ini bukan pujian biasa, tapi sebuah penegasan bahwa tanah itu akan selalu memiliki penjaga—yang mungkin tampak lemah di mata dunia, tapi kokoh di sisi Allah.
Refleksi Bagi Umat: Apa yang Telah Kita Lakukan?
Kita, umat Islam yang hidup jauh dari tanah Palestina, tidak bisa berlepas tangan. Palestina adalah bagian dari tubuh kita, dan tubuh yang satu akan merasakan sakit bila salah satu bagiannya terluka.
Dukungan bukan hanya soal politik atau donasi. Ia adalah soal doa, empati, kesadaran, dan keberpihakan hati. Ia adalah pengingat bahwa setiap keberkahan datang dengan tanggung jawab. Bila kita meyakini bahwa Palestina adalah tanah yang diberkahi, maka kita pun harus menjadi umat yang memperjuangkan keberkahannya—dalam bentuk yang mampu kita lakukan.
Doa dan Harapan untuk Negeri yang Dirindukan
Di balik tembok pemisah, di antara reruntuhan dan sirene, masih ada anak-anak yang hafal Al-Qur’an, para ibu yang bersujud dalam dingin, dan para syuhada yang pergi dengan senyuman. Mereka adalah bukti bahwa keberkahan itu belum sirna. Palestina masih bersinar dalam cahaya wahyu dan sejarah.
Dan selama ada umat yang mencintai tanah ini karena Allah, maka keberkahannya akan terus hidup. Mari jaga kesadaran itu. Mari terus berdoa:
“Ya Allah, lindungilah saudara-saudara kami di Palestina. Berikanlah mereka keteguhan, kemenangan, dan keberkahan yang Engkau janjikan. Jadikan kami bagian dari umat yang tidak diam terhadap kedzaliman, dan izinkan kami merasakan kemuliaan berdiri di sisi kebenaran.”
Aamiin.